Pengaruh Sari Rosela Ungu (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap beberapa Penanda Diabetes Melitus pada Tikus Spraque Dawley
Date
2014Author
Mardiah
Zakaria, Fransiska R.
Damanik, M Rizal Martua
Prangdimurti, Endang
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat kesalahan metabolisme yang melibatkan serangkaian patogenesis seperti stres oksidatif dan inflamasi. Stres oksidatif terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara jumlah ROS (Reactive Oxygen Species) dengan pertahanan antioksidan seluler. Peningkatan produksi ROS dan penurunan antioksidan sel menyebabkan terjadinya kerusakan sel atau kematian sel melalui proses nekrosis atau apoptosis. Radikal bebas dapat menyerang lemak dan menyebabkan terjadinya peroksidasi lemak seperti peningkatan kadar malonaldehid. Radikal bebas dapat menyerang DNA terutama pada sel pankreas dan menyebabkan terjadinya DNA adduct. Jika terjadi dalam sel pankreas bentuk ikatan ini membuat DNA rusak dan tidak mampu lagi menghasilkan insulin dan menyebabkan hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia membuat sel imun mengeluarkan sitokin (TNF-α dan IL-6) dan menyebabkan inflamasi yang memperparah kondisi penyakit DM. Pemberian sari rosela yang mengandung antioksidan diyakini mampu menurunkan patogenesis yang terjadi pada penyakit diabetes melitus. Penelitian terbagi dalam beberapa tahap, dimana tahap I adalah pemilihan kelopak bunga rosela (ungu dan merah) dengan alat pengering fluidized bed dryer dan cabinet dryer. Setelah itu dilakukan uji secara in vivo menggunakan tikus jantan Spraque Dawley selama 21 hari untuk mengetahui pengaruh sari rosela terhadap kapasitas antioksidan, kadar MDA (malonaldehid) dalam hati dan ginjal, DNA adduct pada sel pankreas serta kadar TNF-α dan IL-6 pada limfa. Kondisi tikus diabetes dilakukan melalui induksi streptozotosin (STZ) dosis 30-35 mg/Kg BB tikus dalam 0.1M buffer sitrat dingin. Ada 6 kelompok tikus yaitu kelompok tikus normal (TN), kelompok tikus diabetes dan diberi aquades (TNEG), kelompok tikus diabetes dan diberi obat glibenklamid (TG), kelompok tikus diabetes diberi rosela 72 mg/hari/200 g BB (TROS1), kelompok tikus diabetes diberi rosela 288 mg/hari/200 g BB (TROS2) dan kelompok tikus preventif (TPREV) yaitu tikus diberi rosela 72 mg/hari/200 g BB selama 11 hari dan disuntik STZ, lalu diteruskan pemberian rosela sampai hari ke 21. Hasil penelitian menunjukkan kelopak rosela ungu dengan pengeringan cabinet dryer terpilih menjadi bahan yang akan digunakan pada pengujian secara in vivo karena kandungan antosianin rosela ungu lebih tinggi dibanding rosela merah sehingga diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan antioksidan dalam tubuh tikus. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan rosela mengandung flavonoid, steroid, triterpenoid, saponin, tanin dan fenol hidrokuinon. Kelopak rosela ungu kering mempunyai kandungan antosianin 95.41±1.76 ppm, kapasitas antioksidan (DPPH) sebesar 91.57±2.94 mg AEAC/100 g, kadar vitamin C 1.25±0.07 mg/100 g. Hasil uji in vivo menunjukkan sari rosela 72 mg/hari/200 g BB meningkatkan kapasitas antioksidan total plasma 0.2655±0.0016 mM dibanding tikus negative (TNEG) yang memiliki kapasitas antioksidan total 0.0893±0.0134 mM. Selain itu sari rosela cenderung dapat menurunkan MDA di hati dan ginjal, meningkatkan insulin sebesar 0.4433± 0.1802 ng/ml, serta cenderung menurunkan kadar inflamasi TNF-α, namun tidak berpengaruh terhadap DNA adduct (N7 metilguanin). Konsumsi sari rosela ungu memiliki dampak positif dalam menurunkan tingkat keparahan patogenesis penyakit diabetes melalui peningkatan jumlah antioksidan dalam tubuh, menurunkan pembentukan malonaldehid, meningkatkan insulin, dan menurunkan pembentukan senyawa inflamasi TNF-α.