Penampilan Produksi Pedet Peranakan Friesian Holstein Jantan Periode Pra-Sapih yang Diberi Ransum Starter dengan Cara Bebas Pilih (Cafetaria Feeding)
Abstract
Pemeliharaan pedet memerlukan perhatian dan ketelitian yang tinggi dibanding dengan pemeliharaan sapi dewasa. Hal ini disebabkan karena kondisi pedet yang masih lemah sehingga bisa menimbulkan angka kematian yang tinggi. Salah satu manajemen pemeliharaan pedet periode pra-sapih adalah pemberian pakan yang tepat, yaitu sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui kebutuhan pedet periode pra-sapih, maka dapat digunakan teknik pemberian pakan dengan cara bebas pilih (cafetaria feeding). Dengan demikian dapat memberikan kebebasan kepada ternak sesuai dengan naluri dalam memilih makanannya sendiri sehingga diperoleh komposisi ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan ternak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2009, di Laboratorium Lapangan Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja bagian Nutrisi Ternak Terapan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mencari susunan ransum starter pedet berdasarkan konsumsi cafetaria, menentukan waktu sapih berdasarkan konsumsi starter (cafetaria) dan starter (mix), membandingkan penampilan produksi, dan efisiensi penggunaan pakannya. Penelitian ini menggunakan 6 ekor pedet jantan FH (Friesian Holstein) berumur ± 14 hari dengan rataan bobot badan 38,34 ± 2,34 kg. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), waktu sapih, dan efisiensi pakan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji T. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah P1: starter bebas pilih (cafetaria feeding) yang terdiri dari jagung, pollard, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa yang semuanya disediakan secara ad libitum. P2: starter mix (40% jagung + 30% pollard + 30% bungkil kedelai) yang diberikan secara ad libitum. Kedua perlakuan ditambahkan mineral mix (0,3% garam + 3% CaCO3 + 0,2% premix).