Show simple item record

dc.contributor.advisorSapei, Asep
dc.contributor.advisorRaimadoya, Machmud A.
dc.contributor.authorHarakita, Dita Yuliati
dc.date.accessioned2013-04-09T01:28:46Z
dc.date.available2013-04-09T01:28:46Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62048
dc.description.abstractSaat ini persoalan alih fungsi lahan menjadi masalah yang pelik dan rumit sejalan dengan peningkatan pembangunan yang membutuhkan banyak lahan untuk keperluan bidang industri, pariwisata, pemukiman, dan sebagainya. Persoalan ini menjadi perhatian manakala alih fungsi lahan menimbulkan dampak negatif seperti banjir, berkurangnya air untuk irigasi, pemborosan investasi, terganggunya program pemanfaatan dan peningkatan produksi tanaman pangan, dan pada akhirnya dapat berdampak langsung terhadap keberlanjutan swasembada pangan. Perubahan alih fungsi lahan ini juga sangat berpengaruh langsung terhadap kondisi hidrologi DAS. Untuk itu, sangat diperlukan pengelolaan DAS yang baik. Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan model prediksi untuk skala DAS yang dikembangkan untuk memprediksi hidrologi suatu DAS. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penggunaan MW-SWAT sebagai software untuk pemodelan hidrologi dan menguji debit hasil pemodelan SWAT yang dilihat dari koefisien korelasi regresi (R2) dan koefisien Nash-Sutcliffe Model Efficiency (ENS). Penelitian dilaksanakan di Sub DAS Cisadane Hulu daerah Legokmuncang. Secara geografis daerah penelitian terletak pada 106o48’ BT dan 006o38’ LS dan secara administrasi termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat dengan luas daerah ± 19558.08 Ha. Alat yang digunakan dalam penelitian ini software open source utama yaitu Map Window 4.6SR, MWSWAT 1.5 (Map Window Soil and Water Assesment Tool 1.5), SWAT Editor 2.1.5, SWAT Plot and SWATGraph serta didukung juga oleh software ArcView 3.3 dan Global Mapper 7. Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan DAS Ciliwung-Cisadane (BP DAS Ciliwung-Cisadane), wilayah Sub Das Cisadane Hulu daerah Legokmuncang dijumpai tujuh jenis tataguna lahan (2008) yaitu hutan, pertanian, sawah, pemukiman, perkebunan, rawa, semak/belukar. Jenis tanah yang dijumpai ada lima yaitu andosol coklat kekuningan, asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, kompleks latosol merah kekuningan latosol coklat putih, komlpeks regosol kelabu dan litosol, latosol coklat. Pada pengolahan data di step satu (delinasi aliran sungai), ditentukan cell number untuk threshold sebesar 0.28 km2 dan posisi outlet pada 106.811 BT dan 6.644 LS sehingga terbentuk jaringan sungai pada peta. Pada step dua (pembentukan HRU), ditentukan persentasi threshold yaitu 10% untuk landuse, 5% untuk soil, dan 5% untuk slope sehingga menghasilkan 237 sub-basin dan 1317 HRU. Pada step tiga (pengaturan dan running SWAT) ditentukan periode simulasi yaitu 1 Januari – 31 Desember 2008. Berdasarkan hasil simulasi, curah hujan hasil simulasi pada wilayah legokmunang berkorelasi positif terhadap debit aliran daerah tersebut. Koefisien korelasi sebesar 0.908 ini bermakna bahwa setiap kenaikan curah hujan maka debit juga akan mengalami peningkatan. Kesempurnaan dari model simulasi dapat dilihat dari koefisien Determinasi (R2) dan koefisien Nash-Sutcliffe Model Efficiency (ENS). Hasil plot menunjukan bahwa nilai R2 dan NSE berturut-turut pada simulasi ini adalah 0.625 dan 0.431. Menurut Van Liew dan Garbrecht (2003), hasil simulasi menunjukan nilai ENS yang memuaskan karena berada pada interval 0.36<ENS<0.75.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectDebiten
dc.subjectSoilen
dc.subjectLanduseen
dc.subjectSWATen
dc.titlePemodelan Hidrologi Dengan MW-SWAT 1.5SR Di Sub DAS Cisadane Hulu Daerah Legokmuncangen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record