Perubahan Sifat Fisik Tanah Hasil Pengolahan Tanah pada Budidaya Tebu Lahan Kering di PG Pesantren Baru, Kediri.
Abstract
Untuk dapat memproduksi tebu maksimum, diperlukan kondisi sifat fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya (optimum). Kondisi sifat fisik tanah sangat dipengaruhi oleh proses (metode) pengolahan tanah. Efektifitas pengolahan tanah ditandai oleh sifat fisik tanah hasil pengolahan tanah yang optimum untuk dapat menghasilkan produksi tebu maksimum. Sifat fisik tanah hasil pengolahan tanah optimum dapat ditandai oleh densitas tanah yang rendah dan diameter ratarata bongkah tanah yang dibobot (MWD) yang kecil. Sehingga dalam penelitian ini diukur perubahan sifat fisik tanah hasil pengolahan tanah agar dapat ditentukan efektifitas pengolahan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan sifat fisik tanah, yaitu densitas tanah dan MWD bongkah tanah sebelum dan sesudah pengolahan tanah pada budidaya tebu lahan kering di kebun HGU (Hak Guna Usaha) PG Pesantren Baru, Kediri. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan dalam penerapan metode pengolahan tanah yang dapat menghasilkan produktifitas tebu maksimum (tertinggi). Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel tanah dan pengukuran sifat fisik tanah (densitas tanah dan MWD). Pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pengolahan tanah. Sampel tanah diambil dari perwakilan 7 rayon (kebun) HGU PG Pesantren Baru (A, B, C, D, E, F, dan G) pada 5 titik secara acak pada 3 selang kedalaman 0-15 cm, 15-30 cm, dan 30-45 cm untuk pengukuran densitas tanah, sedangkan pengambilan sampel untuk MWD dilakukan pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah karena pada selang ini dipastikan tanah terolah sempurna. Kombinasi perlakuan pengolahan tanah penelitian ini adalah bajak I-bajak II-Kair. Dari hasil densitas tanah dan MWD ini dapat dibandingkan efektifitas pengolahan tanah. Tanah kebun HGU merupakan tanah regosol, dari tujuh kebun penelitian, enam di antaranya bertekstur lempung berpasir (kebun A, B, C, E, F, dan G), sedangkan kebun D bertekstur pasir berlempung. Kondisi sifat fisik tanah kebun HGU sebelum diolah adalah homogen (seragam) pada setiap kedalaman tanah. Densitas tanah kebun HGU berkisar antara 0.81g/cc (pada kebun B setelah kair pada kedalaman 0-15 cm) hingga 1.31 g/cc (pada kebun F setelah bajak I pada kedalaman 30-45 cm), namun kebun A memiliki tingkat kepadatan rata-rata terendah dan kebun G memiliki tingkat kepadatan rata-rata tertinggi dibandingkan dengan kebun yang lain karena densitas tanah kebun A mendominasi densitas tanah rata-rata terendah dan kebun G mendominasi densitas tanah rata-rata tertinggi pada kedalaman 0-45 cm. Nilai MWD tertinggi sebesar 0.89 cm pada kebun B setelah bajak I, sedangkan MWD terendah sebesar 0.35 cm pada kebun C dan F setelah kair. MWD yang cenderung kecil disebabkan tanah kebun HGU ini merupakan tanah regosol yang daya ikat antar partikel tanahnya sangat lemah dan mudah pecah sehingga diameter berat bongkah rata-ratanya kecil.