Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)
Abstract
Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di Indonesia. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu sayuran. Mengingat karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis manajemen rantai pasokan untuk sayuran. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk sayuran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran, 2) Menentukan bobot metrik pengukuran kinerja dengan Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process, dan 3) Mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dan pengisisan kuisioner oleh para Manajer di PT Saung Mirwan (Pemasaran, Kemitraan, dan Pengemasan dan Processing) dan pakar sayuran. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data informasi dari PT Saung Mirwan seperti gambaran umum perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran di perusahaan. Kuisioner diuji dengan menggunan metode pairwise comparison untuk menentukan bobot prioritas. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excell, Super Decisions, dan Frontier Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis AHP prioritas utama pada proses bisnis terdapat pada tahap perencanaan (plan) yang mempunyai bobot sebesar 0.41620. Untuk parameter kinerja, mutu adalah prioritas utama yang mempunyai bobot sebesar 0.43822. Sedangkan untuk atribut kinerja, reliabilitas adalah prioritas utama dengan bobot sebesar 0.40017 dan untuk metrik pengukuran kinerja, prioritas utama dengan bobot sebesar 0.15759 adalah kinerja pengiriman. Pada analisis ANP yang menjadi prioritas utama adalah plan pada proses bisnis dengan bobot 0.27308, mutu pada parameter kinerja dengan bobot sebesar 0.40226, reliabilitas pada atribut kinerja dengan bobot sebesar 0.33310, dan kinerja pengiriman pada metrik pengukuran kinerja dengan bobot sebesar 0.14957. Hasil prioritas utama pada masing-masing hirarki atau jaringan adalah sama, tetapi memiliki bobot yang berbeda. Terdapat perbedaan pada hasil AHP dan hasil ANP yaitu berupa bobot masing-masing elemen dan tingkat prioritas pada cluster atribut kinerja dan metrik pengukuran kinerja. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik atau ketergantungan (feedback) pada ANP yang tidak terdapat pada AHP. Pada AHP level atas hanya mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di bawahnya. Pada AHP level bawah tidak mempengaruhi elemen-elemen yang ada di atasnya karena bersifat hirarki sehingga penilaian hanya terpaku pada hirarki dari atas ke bawah. Sedangkan pada ANP, elemen-elemen pada level bawah dapat mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di atasnya sehingga level dalam ANP disebut ii dengan cluster karena terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster. Analisis dengan menggunakan DEA dilakukan setelah diperoleh hasil ANP. Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dilakukan terhadap sepuluh komoditas sayuran yang mempunyai tingkat permintaan tertinggi dari sekitar 80 komoditas sayuran. Sepuluh sayuran tersebut yaitu : caysin, bawang bombay, tomat TW, tomat Rianto, Lettuce head, Lettuce romaine, paprika hijau, jamur champ, daun bawang, dan seledri. Hasil pengolahan data menggunakan DEA adalah tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut. Tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut yaitu : Lettuce head 100%, caysin 100%, tomat TW 97.27%, seledri 96.93%, bawang bombay 94.98%, daun bawang 93.10%, jamur champ 91.93%, tomat Rianto 89.38%, Lettuce romaine 89.33%, dan paprika hijau 79.28%. Hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan pada kinerja produk yang memiliki tingkat efisiensi kurang dari 100% yaitu dengan cara meningkatkan output seperti kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar mutu dan meningkatkan atau menurunkan input seperti siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, fleksibilitas pasokan, biaya SCM, siklus cash-to-cash, dan persediaan harian.
Collections
- UT - Management [3443]