Potential of Active Fractions of Dysoxylum acutangulum Leaves as Botanical Insecticides against Crocidolomia pavonana
Potensi Fraksi Aktif Daun Ambalun (Dysoxylum acutangulum) sebagai Insektisida Botani terhadap Crocidolomia pavonana
Date
2011Author
Izzuddin, Ahmad
Achmadi, Suminar Setiati
Prijono, Djoko
Metadata
Show full item recordAbstract
The purpose of this study was to evaluate the insecticidal activity and characterize active fraction of Dysoxylum acutangulum leaves. Extraction of D. acutangulum leaves was done by two methods, i.e. sequential extraction using nhexane, ethyl acetate, and methanol and direct extraction using methanol. In the sequential extraction, methanol fraction was the most active so that methanol extract from direct extraction was used in all further work. The direct methanol extract was partitioned using n-hexane:methanol 95% (1:1). The direct methanol extract of D. acutangulum leaves had strong insecticidal activity to Crocidolomia pavonana larvae (LC50 = 0.24%, LC95 = 0.49%). Fractionation of this extract using silica gel column chromatography yielded 10 fractions. Fraction 7 and 8 had the strongest insecticidal activity to C. pavonana. Fraction 8 had lower LC50 and LC95 (0.18% and 0.46%) than fraction 7. The result of phytochemical test, gas chromatography-mass spectroscopy, and infrared spectroscopy analysis on fraction 8 showed that the fraction contains steroid compounds. Ambalun (Dysoxylum acutangulum) merupakan salah satu tumbuhan famili Meliaceae yang sangat potensial digunakan sebagai sumber insektisida botani. Beberapa informasi dasar tentang aktivitas ekstrak bagian tumbuhan tersebut telah diketahui. Ekstrak etanol kulit batang ambalun dilaporkan memiliki aktivitas insektisida terhadap ulat krop kubis Crocidolomia pavonana. Fraksi kloroform ekstrak daun dan rantingnya juga dilaporkan memiliki aktivitas yang tinggi terhadap C. pavonana. Namun, senyawa aktif yang berperan belum diidentifikasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini ialah menguji aktivitas dan mengidentifikasi golongan senyawa aktif daun ambalun yang berpotensi sebagai insektisida botani Ekstraksi daun ambalun dilakukan dengan metode perendaman melalui dua tahapan, yaitu ekstraksi bertingkat dan ekstraksi langsung dengan metanol dan partisi. Ekstraksi bertingkat dilakukan secara berurutan dengan tiga jenis pelarut berdasarkan perbedaan kepolaran, yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstraksi ini menghasilkan rendemen ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol masing-masing 6.13%, 4.98%, dan 4.44%. Sementara itu, ekstraksi langsung dengan metanol menghasilkan rendemen 6.66%. Partisi menggunakan campuran pelarut n-heksana dan metanol 95% dalam labu pemisah menghasilkan rendemen ekstrak n-heksana-partisi dan metanol-partisi masing-masing 41.06% dan 64.38%. Aktivitas insektisida uji dilakukan menggunakan metode residu pada daun melalui dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Larva instar 2 C. pavonana digunakan sebagai serangga uji pada semua pengujian. Data mortalitas kumulatif sejak awal sampai 6 hari setelah perlakuan (HSP) diolah dengan analisis probit untuk menentukan hubungan antara konsentrasi ekstrak dan tingkat kematian larva. Analisis probit dilakukan dengan menggunakan program POLOPC. Data lama perkembangan larva diolah dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Ekstrak kasar teraktif difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel. Fase gerak yang digunakan adalah eluen terbaik hasil kromatografi lapis tipis, yaitu campuran n-heksana dengan aseton dengan nisbah 7:3. Fraksi hasil pemisahan kromatografi diuji aktivitas insektisidanya. Fraksi teraktif diidentifikasi berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS dan FTIR.