Pengaruh Jenis Silo Terhadap Kualitas Silase Daun Rami (Boehmeria nivea, L. Gaud) Beraditif
The Effect of Type of Silo to The Additive Ramie Leaf (Boehmeria nivea, L . Gaud) Silage Quality
Abstract
Ramie leaves are byproduct of Ramie plantation. The plant is grown to produce fiber, raw material for textile industries. Annually, per ha of ramie plantation could produce up to 300 tons forage fresh material or equivalent with 42 tons of dry matter (DM). Currently, the leaves are under utilized. An attempt to increase ramie leaves utilization through fresh forage preservation technique (ensilage) have been done in two different type of silo. Silo portable (plastic bag for small capacity) and trench silo (for a larger scale) were compare of their impact on physical (odor, texture, moisture, color and spoilage), fermentative (pH, DM, VFA, DM degradation, CP, NH3, CP degradation, WSC and fleigh number) and utilities (fermentation and digestion) characteristics of silage produced. In general, silo portable (plastic bag) produced better physical characteristics of ramie silage in compare to trench. However, the different were not significantly shown by silage fermentative and utilities characteristics. In trench silo, up to 58% of the silage was spoiled, while in plastic bag there were no spoilage existed. Although extensive degradation (> 50%) of DM were occurred during ensilage in both silo, but only insignificant degradation (< 3%) of CP were found. The silage produced was categorized as quite good (NF 52% – 53%) silages. Ruminant utilities characteristics of both silages showed that the silages were highly fermentable in rumen with moderately digested (56% and 63%) in digestion tracts. Daun rami merupakan hasil sampingan dari tanaman rami yang batangnya digunakan sebagai bahan baku industri serat dan tekstil. Daun rami dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Tanaman rami dapat menghasilkan hijauan hingga 300 ton bahan segar/ha/tahun (FAO, 2012) atau setara dengan 42 ton bahan kering (BK). Dengan jumlah produksi hijauan yang cukup tinggi per luasan lahan tersebut, perlu silo yang besar untuk dapat mengawetkan daun rami tersebut menjadi silase. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kualitas silase daun rami beraditif jagung halus yang menggunakan silo berbeda terhadap karakter fisik, karakter fermentatif dan utilitas pada ternak ruminansia secara in vitro. Daun rami didatangkan dari Koppontren Darussalam Garut. Jagung halus digunakan sebagai aditif untuk meningkatkan WSC dan BK daun rami pada pembuatan silase daun rami. Fermentasi berlangsung selama 32 hari pada suhu ruang secara anaerob. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 taraf perlakuan yaitu silo plastik (SP) dan silo trench (T), masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Peubah yang diamati antara lain (1) karakteristik fisik silase (aroma, tekstur, kelembaban, warna, jamur dan %busuk), (2) karakteristik fermentasi silase (pH, BK, VFA, kehilangan BK, PK, NH3, perombakan PK, WSC (water soluble carbohydrate) dan NF) dan (3) karakteristik utilitas silase pada ruminansia (VFA silase, NH3 silase, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik). Hasil penelitian memeperlihatkan bahwa karakter fisik silase yang dibuat menggunakan silo SP lebih baik dibandngkan dengan T. Pada silo SP tidak terjadi pembusukan. Sedangkan pada silo T terdapat pembuskan yang sangat besar yaitu mencapai 58%. Kelembaban dan tekstur silase dari kedua silo tersebut tergolong baik. Karakter fermentatif kedua silase dari kedua silo tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar VFA, NH3 dan pH pada perlakuan T adalah 60 ± 18,97 mM, 0,59 ± 0,25 mM dan 4,49 ± 0,20 berturut-turut. Sedangkan pada perlakuan SP adalah 44 ± 25,1 mm, 0,59 ± 0,20 mM dan 4,54 ± 0,09 berturut-turut. Nilai NF silase pada perlakuan T sebesar 52,46 ± 8,16 juga tidak berbeda dengan perlakuan SP yaitu 53,03 ± 4,33. Karakteristik utilitas juga tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar VFA, NH3 cairan rumen, KCBK dan KCBO pada perlakuan T sebesar 159,50 ± 40,79 mM, 7,05 ± 0,7 mM, 63,04 ± 6,89% dan 61,19 ± 6,74% berturut-turut dan pada perlakuan SP sebesar 145,65 ± 39,52 mM, 6,58 ± 0,65 mM, 56,39 ± 24,34% dan 53,31 ± 7,59% berturut-turut. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa meskipun tidak terdapat perbedaan pada karakteristik fermentatif dan utilitas silase yang dihasilkan pada kedua jenis silo, namun kerusakan silase pada silo trench sangat tinggi. Silo SP menghasilkan silase lebih baik dibandingkan trench.