Kualitas Udara di Lingkungan Kerja, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Status Kesehatan Buruh Wanita Pabrik Rokok
Quality of Physical Environment, Lifestyle, Nutrition and Health Status of Women Labour in Cigarrete Factory.
Abstract
Quality of physical environment, lifestyle, nutrition and health status determine quality of life, performance, capacity, and productivity of workers, especially in cigarrete factories. The data from Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PPRK) in 2007 showed that the cigarrete factory workers suffer from various health problems. The objective of this research was to study quality of physical enviroment, lifestyle, nutrition and health status of women labours in Cigarrete Factory. The study was located in Kembang Arum Factory, Kudus, Central Java. Cross-sectional study design was used, and fifty five (55) samples were recruited. The result of the research showed that the dust level in the air workplace was 0.115 mg/m3 with an average temperature and humidity of chamber at 28 °C and 79, respectively. Most samples (65.5%) never exercised, but all the samples did not have smoking and alcohol consumption habit. The average of physical activity level (PAL) was in the moderate category with an average PAL value 1.6. Energy requirements of samples was 1989 ± 152 Kal and the average consumption was 1124 ± 413 Kal. A total of 83.6% samples had a morbidity score with low category. The average samples had normal blood pressure, tachycardia pulse rate, and normal respiratory rate. Pearson test showed that the aged sample had a significant positive relationship on the nutritional status (p <0.05, r = 0306), systolic blood pressure (p <0.05, r = 0553), and diastolic blood pressure (p <0.05, r = 0449). Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis gaya hidup, status gizi dan status kesehatan buruh wanita pabrik rokok. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) menilai kualitas udara di lingkungan kerja, meliputi kadar debu total, suhu, dan kelembaban udara di tempat kerja, (2) mengetahui gaya hidup butuh wanita pabrik rokok pekerja yang meliputi kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol, (3) menilai aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, status gizi dan status kesehatan buruh wanita pabrik rokok, (4) menganalisis hubungan variabel karakteristik (umur, masa kerja, pendapatan), gaya hidup (kebiasaan olahraga dan aktivitas fisik), tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi dan status kesehatan, (5) menganalisis hubungan variabel status kesehatan (skor morbiditas, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik) dengan status gizi, (6) menganalisis hubungan pengaruh tingkat kecukupan energi terhadap status gizi (Indeks Massa Tubuh). Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang dilakukan di Perusahaan Rokok Kembang Arum Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dengan pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan selama bulan April-Mei 2011. Populasi penelitian ini adalah seluruh buruh pabrik rokok di Perusahaan Kembang Arum. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive di Bagian Produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT). Kriteria contoh penelitian ini adalah wanita usia dewasa dengan kisaran usia 19-64 tahun, bersedia mengisi kuesioner yang telah disiapkan, serta mempunyai kesanggupan untuk diwawancarai. Contoh buruh pabrik yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 55 orang. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kualitas udara di lingkungan kerja (kadar debu, suhu dan kelembaban udara), karakteristik contoh, gaya hidup, konsumsi pangan, kualitas udara di dalam lingkungan kerja, status gizi, dan status kesehatan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data populasi buruh pabrik rokok serta gambaran umum dan informasi perusahaan yang diperoleh dari perusahaan. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara statistika deskriptif dan inferensia dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0 for Windows. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Pearson, Chi-Square, dan regresi linear. Kadar debu sebagai salah satu indikator kualitas udara di lingkungan kerja pabrik rokok tempat kerja sebesar 0.115 mg/m3. Hal ini menunjukkan bahwa kadar debu udara di ruang produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) masih memenuhi baku mutu standar yang disyaratkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Rata-rata suhu dan kelembaban ruang kerja berturut-turut sebesar 28 oC dan 79% sehingga masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002. Sebagian besar contoh (65.5%) tidak berolahraga. Sementara itu, sebagian besar contoh (84.2%) yang berolahraga melakukan olahraga dengan frekuensi 0.6-4.7 kali per minggu, 78.9% contoh melakukan olahraga dengan 1 durasi 12.1-41.6 menit setiap kali berolahraga, dan lebih dari separuh contoh (84.2%) melakukan jenis olahraga jogging. Keseluruhan contoh pada penelitian ini tidak memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. Namun, lebih dari separuh contoh (72.7%) berada satu rumah dengan perokok. Konsumsi pangan contoh merupakan konsumsi pada hari kerja dengan rata-rata konsumsi sebesar 1124±413 kkal. Padahal, rata-rata kebutuhan energi contoh berdasarkan Oxford equation yaitu 1989±152 kkal. Sementara itu, ratarata tingkat kecukupan energi dan protein contoh sebesar 56±88% dan 51.8±21.9% sehingga termasuk kategori defisit tingkat berat. Selain itu, rata-rata tingkat kecukupan vitamin C dan zat besi berturut-turut sebesar 67.1% dan 44.5% yang menunjukkan bahwa rata-rata contoh berada pada kategori defisit atau kurang. Secara umum, lebih dari separuh contoh (50.9%) mempunyai status gizi normal. Sementara itu, sebanyak 83.6% contoh mempunyai skor morbiditas dengan kategori rendah dengan dengan prevalensi tertinggi untuk jenis penyakit ISPA, diare, gigi dan mulut. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik contoh berkisar antara 90 mmHg sampai 160 mmHg. Rata-rata contoh mempunyai tekanan darah normal (<120/80 mmHg). Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi, lebih dari separuh (60%) contoh tergolong takikardi (> 80 denyut/menit). Sementara itu, pengukuran frekuensi napas contoh menunjukkan rata-rata kecepatan pernapasan contoh adalah 22.3 kali/menit dan 50.9% contoh mempunyai frekuensi napas normal. Terdapat kecenderungan bahwa semakin bertambah usia, maka semakin tinggi juga IMT, tekanan darah sistolik dan diastolik. Namun, perubahan usia tidak berhubungan secara signifikan dengan skor morbiditas, denyut nadi, dan frekuensi napas, begitu juga dengan masa kerja yang tidak mempunyai hubungan dengan status gizi dan status kesehatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan skor morbiditas, semakin tinggi kecukupan energi, tekanan darah sistolik dan diastolik.
Collections
- UT - Nutrition Science [2986]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Pengaruh konsumsi biskuit terhadap status gizi dan tingkat morbiditas balita yang berstatus gizi buruk atau kurang di tiga tipologi wilayah kabupaten Sukabumi
Nugraha, Dani | Sukandar,Dadang | Amalia,Leily (2012)The objective of this research was to analyzed effect of biscuit consumption toward nutritional status and morbidity level of under five children who were severe nutritional status or less nutritional status on three ... -
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pola Asuh, Status Gizi, dan Status Kesehatan Anak Balita di Wilayah Program Warung Anak Sehat (WAS) Kabupaten Sukabumi.
Ersiyoma, Erida | Roosita,Katrin (2012)The objective of this study was to analyze the nutritional knowledge, clean and healthy behavior, parenting pattern (eating and health), nutritional status, and health status of toddlers around the area program of Warung ... -
Analisis pertambahan berat badan ibu hamil berdasarkan status sosial ekonomi dan status gizi serta hubungannya dengan berat bayi baru lahir
Yongky | Hardinsyah | Wiknjosastro, Gulardi | Sukandar, Dadang | Gestational weight gain | Low birth weight | Intrauterine growth retardation | Nutritional status | Social economic status (2007)Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan ...