Sifat Fisik dan Kinerja Enzim Mannanase pada Bungkil Inti Sawit Hasil Ayakan
Phisycal Characteristic and Power of Mannanase Enzim of Palm Kernel Meal
Abstract
The aim of this research were to examine physical characteristic and to evaluate performance of enzyme in hidrolyzing palm kernel meal. After milling, palm kernel meal was sieved using mesh 16, mesh 30, mesh 50, mesh 100 as treatments. The variables observed were a spesific grafity, floating rate, bulk density, compacted bulk density, angle of respose, acidity and total solubility. The palm kernel meal for sieving in mesh 30 was subjected to enzyme with following treatment i.e; commercial enzyme mannanase 0.1 ml/ g BIS (equivalent to 919.27x106 U/ liter), 0.1 ml of rumen fluid enzymes / BIS grams (equivalent to 0.013x106 U / liter) and controls. The results showed that sieving decreased (P<0.01) spesific grafity, bulk density and compacted bulk density, and increased angle of respose and floating rate. Addition of commercial enzyme mannanase and addition rumen fluid enzyme significantly (P <0.05) increased the amount of reducing sugars. It is concluded that spesific grafity, bulk density and compacted bulk density of palm kernel meal decreased and angle of respose and floating rate increased as decreasing the size of sieving. Rumen fluid enzyime was increased reducing sugar of palm kernel meal mesh 30 (23.2%), although mannanase activity of rumen lower than mannanase activity of commercial enzyme. Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit terus meningkat dengan perkiraaan total luas areal kelapa sawit sebesar 7 824 623 ha (Dirjen Perkebunan, 2010). Pembuatan minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO) menghasilkan hasil samping berupa bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal). Kendala utama pemberian bungkil inti sawit pada unggas adalah tingginya kandungan karbohidrat sukar larut yaitu mannan. Pengayakan dan perlakuan enzimatis merupakan metode yang digunakan saat ini dalam menangani permasalahan pada bungkil inti sawit. Pemberian enzim penghidrolisis serat pada bungkil inti sawit dapat meningkatkan kualitas bungkil inti sawit (Handoko, 2010). Penelitian ini mengkaji sifat fisik produk bungkil inti sawit hasil ayakan dengan ukuran ayakan berbeda serta mengkaji kinerja enzim pada bungkil inti sawit hasil ayakan terbanyak. Perlakuan uji fisik dilakukan masing-masing tiga ulangan untuk menguji sifat fisik bungkil inti sawit giling berdasarkan empat jenis ukuran ayakan (mesh 16, mesh 30, mesh 50, mesh 100). Peubah yang diamati adalah berat jenis, daya ambang, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, derajat keasaman dan kelarutan total. Produk bungkil inti sawit dari mesh 30 kemudian ditambahkan enzim sebagai perlakuan dengan tiga ulangan yaitu pemberian enzim mannan komersial 0,1mL/gram BIS (setara dengan 919,27x106 U/liter), enzim cairan rumen 0,1mL/gram BIS (0,013x106 U/liter enzim cairan rumen) dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ayakan pada bungkil inti sawit sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan. Nilai kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, berat jenis bungkil inti sawit menurun seiring dengan menurunnya diameter lubang ayakan, sebaliknya sudut tumpukan dan daya ambang bungkil inti sawit meningkat seiring menurunnya diameter lubang ayakan. Pemberian enzim mannanase komersial dan pemberian enzim cairan rumen nyata (P<0,05) mempengaruhi peningkatan gula pereduksi dari 4,806 mg/g menjadi 10,516 mg/g (meningkat sebesar 118,8%) dan 5,921 mg/g (meningkat sebesar 23,2%). Peningkatan gula pereduksi mengindikasikan adanya peningkatan karbohidrat sukar larut yang dapat dipecah. Penambahan enzim cairan rumen meningkatkan total gula pereduksi produk bungkil inti sawit mesh 30 sebesar 23,2% meskipun memiliki aktivitas enzim mannanase yang lebih rendah dibanding dengan aktivitas enzim mannanase komersial.