Potensi pengembangan ternak ruminansia ditinjau dari kondisi tanah, produktivitas dan kualitas nutrisi padang penggembalaan di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT.
The potency of ruminant development based on soil condition, productivity and nutrition quality of range in Nagekeo, Flores Island, NTT
Date
2011Author
Riptianingsih, Fery Dwi
Dewi, Panca
Permana, Idat Galih
Metadata
Show full item recordAbstract
resources suitable for ruminant development. This field research aimed to know range potential for ruminant development based on soil condition, productivity and nutrition quality and give comparative analysis from nine villages as experiment location in Nagekeo regency of Nusa Tenggara Timur. Soil sample and grass sample which taken from the pasture of every village and then to be analyzed. Soil analyzed consists of texture, pH, organic matter, and cationic exchange capacity. Grass sample was analyzed of botany composition, moisture, ash, crude protein, ether extract, crude fiber, Total Digestible Nutrient (TDN), Dry Matter Digestibility (DMD), Organic Matter Digestibility (OMD), NH3 production, and VFA production. Based on soil condition, nutrition value and carrying capacity from dry matter availability is found that Renduwawo village have the highest score than another village. However, based on calculation increating of population capacity show that Natatoto village have the highest number than another village Kabupaten Nagekeo yang berada di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber daya alam yang sangat cocok untuk pengembangan ternak ruminansia. Potensi itu berupa tersedianya lahan padang penggembalaan yang tersebar di berbagai wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan ternak ruminansia ditinjau dari kondisi tanah, produktivitas dan kualitas nutrisi padang penggembalaan serta melakukan perbandingan dari sembilan desa di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan pada enam kawasan yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa, Tedakisa, Renduwawo, Ulupulu, Nagarawe, Rendubutowe, Lambo, dan Natatoto. Masing-masing padang penggembalaan setiap desa diambil sampel tanah dan sampel rumput untuk dianalisis. Analisis tanah meliputi tekstur, pH, bahan organik tanah dan kapasitas tukar kation. Sampel rumput komposit dianalisis komposisi botani, analisis proksimat yang meliputi kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan dihitung Total Digestible Nutrient (TDN) dari komposisi proksimat, analisis in vitro yang meliputi Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK), Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), produksi NH3, dan produksi Volatile Fatty Acid (VFA). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan desa sebagai perlakuan. Apabila terdapat beda nyata, signifikansi dihitung dengan menggunakan Uji Lanjut Kontras Ortogonal. Selanjutnya dilakukan skoring masing-masing desa terhadap faktor kondisi tanah, nutrisi rumput padang penggembalaan serta kapasitas tampung berdasarkan BK tercerna untuk menentukan desa yang paling potensial untuk pengembangan ternak ruminansia berdasarkan kualitas padang penggembalaannya. Hasil analisis tanah padang penggembalaan di sembilan desa umumnya menunjukkan pH yang agak masam dengan kandungan C organik dan Nitrogen yang rendah, sedangkan Fosfor sangat rendah. Kandungan mineral Ca, Mg, K dan Na yang merupakan kation cukup baik, sehingga kapasitas tukar kation (KTK) tinggi, hal ini menunjukkan bahwa daya mengikat yang cukup baik. Berdasarkan hasil analisis proksimat sampel rumput pada sembilan desa menunjukkan kandungan bahan kering (BK), abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), Beta-N dan TDN tidak berbeda nyata (P>0,05) pada kesembilan desa dan hanya kandungan serat kasar (SK) yang sangat berbeda nyata (P<0,01) pada kesembilan desa dengan kandungan SK tertinggi pada Desa Natatoto yaitu 28.94%. Secara umum kualitas nutrisi rumput padang penggembalaan di sembilan desa menunjukkan kandungan protein kasar (PK) yang rendah dengan nilai tertinggi hanya 7.12% pada Desa Tedakisa. Kandungan TDN rumput masih tergolong rendah dengan kandungan tertinggi hanya 50.09% pada Desa Tedakisa. Berdasarkan hasil evaluasi nutrisi secara in vitro, iii koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik (KCBO) pada kesembilan desa menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01). Desa Natatoto mempunyai hijauan padang penggembalaan dengan nilai KCBK tertinggi yaitu 39,02%. Untuk nilai koefisien cerna bahan organik (KCBO), hijauan pada Desa Dhereisa memiliki nilai tertinggi daripada desa yang lain dengan nilai KCBO 41,44%. Hasil pengukuran produksi NH3 dan VFA rumput padang penggembalaan pada sembilan desa menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Dari sampel BK rumput (BK/0,25 m2) diperoleh total produksi BK tercerna sebesar 8.093,05 kg BKT/ha/th dengan nilai produksi tertinggi pada desa Renduwawo yaitu sebesar 1.367,88 kg BKT/ha/th. Perhitungan kapasitas tampung berdasarkan ketersediaan BK tercerna didapatkan Desa Renduwawo memiliki nilai tertinggi yaitu 0,42 ST/ha, sedangkan kapasitas tampung terendah yaitu pada Desa Nagarawe dengan nilai 0,17 ST/ha. Desa yang memiliki nilai kapasitas peningkatan populasi yang paling tinggi adalah Desa Natatoto yaitu 6.127 ST. Berdasarkan hasil skoring masing-masing desa terhadap faktor kondisi tanah, nutrisi rumput padang penggembalaan serta kapasitas tampung berdasarkan BK tercerna, Desa Renduwawo yang menduduki peringkat pertama. Secara umum Kabupaten Nagekeo berpotensi untuk pengembangan ternak ruminansia. Perlu adanya perbaikan kondisi tanah dan peningkatan produktivitas hijauan padang penggembalaan sehingga bisa mencukupi kebutuhan hijauan makanan ternak baik secara kualitas maupun kuantitas