Analisis Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dan Campak serta Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Balita di Jawa Barat
The Analysis Relation of Immunisation BCG and Campak while Food Consumpsion to Nutritional Status of Children Under Five Years of Age in West Java.
Date
2011Author
Saragih, Yosepin Margaret
Syarief,Hidayat
Uripi, Vera
Metadata
Show full item recordAbstract
Rapid growth and development childrens is established at under five years of age. Riskesdas (basic health research) 2007-2010, prevalence of underweight, stunting and wasting decreased slightly during three years. The prevalence in West Java was under the national prevelence but it considered a public health problem. This study was aimed to analysis relation of immunisation BCG and Campak while food comsumption to nutritional status of children under five years of age in West Java.The crossectional study was applied in this research. Data collected from West Java (limited to Bandung, Cirebon, and Garut District) through Riskesdas 2007 (Basic Health Research 2007) had been used for study. In this study weight-for-age (WAZ), height-for-age (HAZ), and weightfor- height (WHZ) were used as indicators of nutritional status of children under five years of age. Data was analyzed using Microsoft Exel 2007 for windows and Statistical Program for Social Science (SPSS) 17.0. Data include the characteristics of sample’s families (family size, parental education, parental employment, and household outcome); the characteristics of children (sex, age, weight, and height); consumption (household and children); children immunisation (BCG and Campak), children infection disease (TB paru and Campak). Multiple linear regression test showed that the nutritional status of children under five year of age measured by weight-for-age (WAZ) indicator in Bandung District was affected by energy consumpsion (R2= 0.040), in Cirebon District by household expenditure (R2= 0.040), in Garut District by protein consumpsion (R2= 0.046), while in all three district by Campak immunisation (R2= 0.013). Measured by weight-for-height (WHZ) indicators, the nutritional status in Bandung District was affected by energy consumpsion (R2= 0.073), in Garut District by protein consumpsion (R2= 0.048) and BCG immunisation (R2= 0.024), while in all three by Campak immunisation (R2= 0.011) and household expenditure (R2= 0.017) Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan pemberian imunisasi BCG dan Campak serta konsumsi pangan dengan status gizi balita di Jawa Barat. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) mengetahui karakteristik keluarga balita meliputi besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran RT per kapita di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut; (2) mengetahui karakteristik balita meliputi, jenis kelamin, umur, berat badan, dan tinggi badan di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut; (3) mengidentifikasi status gizi balita berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut; (4) mengetahui praktek pemberian imunisasi (BCG dan Campak) dan penyakit infeksi (TB paru dan Campak) pada balita di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut; (5) Mengetahui konsumsi pangan keluarga dan konsumsi pangan balita Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut; dan (6) mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap masalah gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Garut. Data yang digunakan adalah data RT (rumah tangga) yang memiliki balita yang diambil dari data Riskesdas 2007. Pemilihan daerah dilakukan secara purposive, yaitu diambil tiga kabupaten di Jawa Barat yang memiliki topologi daerah yang berbeda yaitu Kabupaten Bandung (mewakili daerah pegunungan), Cirebon (mewakili daerah pantai), dan Garut (kombinasi daerah pegunungan dan pantai). Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anak balita (berusia 0-60 bulan) yang memiliki kelengkapan data untuk diteliti. Jumlah contoh masing-masing daerah adalah Kabupaten Bandung 271 orang, Kabupaten Cirebon 164 orang, dan Kabupaten Garut 178 orang, sehingga diperoleh totalnya sebanyak 613 orang. Peubah-peubah yang diteliti meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan KK dan Ibu, pekerjaan KK dan Ibu, dan pengeluaran RT per kapita), karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan), konsumsi (RT dan anak), praktek pemberian imunisasi (imunisasi lengkap, BCG, dan campak), dan penyakit infeksi (TB paru dan Campak). Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan analisis data. Data dianalisis menggunakan program Microsoft Exel for windows dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17. Besar keluarga di Kabupaten Bandung (51,7%) dan Kabupaten Cirebon (56,1%) tergolong keluarga kecil, sedangkan Kabupaten Garut (55,1%) tergolong keluarga sedang. Pendidikan tertinggi KK di Kabupaten Bandung (45%), Kabupaten Cirebon (34,1%), dan Kabupaten Garut (55,6%) yaitu tamat SD. Pendidikan tertinggi ibu di Kabupaten Bandung (43,5%), Kabupaten Cirebon (43,9), dan Kabupaten Garut (55,6%) yaitu tamat SD. Pekerjaan KK di Kabupaten Bandung (38,7%) dan Kabupaten Garut (49,4%) yaitu buruh, sedangkan Kabupaten Cirebon (32,3%) yaitu wiraswasta/pedagang. Pekerjaan ibu di Kabupaten Bandung (73,5%), Kabupaten Cirebon (73,8%), dan Kabupaten Garut (82,1%) adalah ibu rumah tangga. Pengeluaran RT per kapita di 4 Kabupaten Bandung (28%), Kabupaten Cirebon (27,4%), dan Kabupaten Garut (34,8%) tergolong pada kuintil 1. Jenis kelamin contoh di Kabupaten Bandung (52%) sebagian besar adalah laki-laki, sedangkan di Kabupaten Cirebon (51%) dan Kabupaten Garut (53%) adalah perempuan. Umur contoh di Kabupaten Bandung sebagian besar adalah 36-47 bulan, sedangkan di Kabupaten Cirebon (25.6%) dan Kabupaten Garut (25.8%) adalah 12-23 bulan. Berat badan di ketiga kabupaten adalah Kabupaten Bandung 12.3+3.0 kg, Kabupaten Cirebon 11.8+3.3 kg, dan Kabupaten Garut 12.0+3.4 kg. Rata-rata tinggi badan yaitu Kabupaten Bandung 86.6+10.7 cm, Kabupaten Cirebon 87.0+12.2 cm, dan Kabupaten Garut 85.4+12.6 cm. Status gizi contoh berdasarkan indikator BB/U di Kabupaten Bandung (74,4%), Kabupaten Cirebon (72,0%), dan Kabupaten Garut (74,4%) sebagian besar tergolong gizi baik. Status underweight (gabungan gizi buruk dan kurang) balita di Kabupaten Cirebon (20,7%) tergolong tinggi, sedangkan Kabupaten Bandung (18,8%) dan Kabupaten Garut (15,2%) tergolong sedang. Status gizi berdasarkan indikator TB/U di Kabupaten Bandung (50,9%), Kabupaten Cirebon (68,3%), dan Kabupaten Garut (66,9%) sebagian besar berstatus gizi normal. Status stunting (sangat pendek dan pendek) balita di Kabupaten Bandung (49,1%) tergolong sangat tinggi, sedangkan di Kabupaten Cirebon (31,7%) dan Kabupaten Garut (33,1%) tergolong tinggi. Status gizi berdasarkan indikator BB/TB di Kabupaten Bandung (85,2%), Kabupaten Cirebon (76,2%), dan Kabupaten Garut (70,8%) sebagian besar berstatus gizi normal. Status gizi wasting (sangat kurus dan kurus) balita di Kabupaten Cirebon (15,3%) tergolong sangat tinggi, Kabupaten Garut (13,0) tergolong masalah tinggi, dan Kabupaten Bandung (6,6%) tergolong sedang. Berdasarkan gabungan 3 indikator (BB/U, TB/U, dan BB/TB) status gizi di Kabupaten Bandung (40%), Kabupaten Cirebon (49,4%), dan Kabupaten Garut (49,4%) sebagian besar tergolong baik. Pemberian imunisasi contoh di Kabupaten Bandung (63,1%) dan Kabupaten Cirebon (54,9%) tergolong lengkap, sedangkan di Kabupaten Garut (74,7%) contoh belum menerima imunisasi lengkap. Sebagian besar contoh di Kabupaten Bandung (63,5%) dan Kabupaten Garut (62,4%) tidak terinfeksi penyakit, sedangkan Kabupaten Cirebon (62,8%) terinfeksi penyakit. Konsumsi energi RT di Kabupaten Bandung (75,7%), Kabupaten Cirebon (78,7%), dan Kabupaten Garut (73%) tergolong < 80% AKG. Konsumsi protein RT di Kabupaten Bandung (55%) dan Kabupaten Cirebon (56.1%) tergolong ≥ 80% AKG, dan Kabupaten Garut tergolong < 80% AKG. Konsumsi energi anak di Kabupaten Bandung (75,6%), Kabupaten Cirebon (85,4%), dan Kabupaten Garut (73%) tergolong < 80% AKG. Konsumsi protein anak di Kabupaten Bandung (65,7%) dan Kabupaten Cirebon (56,7%) tergolong ≥ 80% AKG, dan Kabupaten Garut tergolong < 80% AKG. Berdasarkan hasil uji varian BB/U, TB/U, dan BB/TB dengan menggunakan uji anova didapat nilai p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan status gizi minimal 2 kabupaten berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB. Untuk mengetahui kabupaten mana yang berbeda maka dilakukan analisis post hoc, hasilnya terdapat perbedaan status gizi indikator BB/U, TB/U dan BB/TB (p<0,05). Indikator BB/U yaitu Kabupaten Garut lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Bandung; Kabupaten Garut lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Cirebon. Indikator TB/U yaitu Kabupaten Cirebon lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Bandung; Kabupaten Garut lebih baik dibandingkan Kabupaten Bandung. Kabupaten yang berbeda berdasarkan indikator BB/TB yaitu Kabupaten Bandung lebih baik dibandingkan Kabupaten Cirebon; Kabupaten Garut lebih baik daripada Kabupaten Cirebon.
Collections
- UT - Nutrition Science [2996]