Analisa Perencanaan Kebutuhan Material Pada Industri Pakaian Jadi di PT. Lestari Dini Tunggul.
Abstract
Perencanaan produksi yang baik dalam sebuah perusahaan akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi produksi, termasuk didalamnya adalah perencanaan kebutuhan material atau bahan baku yang digunakan perusahaan. Pentingnya perencanaan terhadap pemenuhan kebutuhan material pada perusahaan diharapkan dapat menghasilkan sistem yang tepat untuk diterapkan, sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. Adapun tujuan penelitian adalah (1) Mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan bahan dan sistem perencanaan bahan baku di PT. Lestari Dini Tunggul, (2) Menyusun MPS (Master Production Schedulle) untuk produk utama di PT. Lestari Dini Tunggul, (3) Membuat rencana kebutuhan material dengan menggunakan metode MRP (Material Requirement Planning) dan jadwal pengadaan barang secara optimal. Metode peramalan permintaan yang digunakan menggunakan data historis perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan ramalan permintaan dibuat dengan menggunakan metode WMA (Weight Moving Average), metode ini terpilih karena memilki tingkat akurasi yang paling baik diantara metode MA (Moving Average) dan ES (Exponential Smoothing). Dikarenakan keterbatasan data historis perusahaan yang tersedia hanya 2 (dua) tahun terakhir yakni tahun 2009 dan 2010, maka peramalan hanya dapat dibuat untuk enam bulan saja. Diperoleh perkiraan permintaan untuk 6 (enam) bulan sebanyak 3.277 OPG WR dan 3.518 Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Pembuatan MPS menghasilkan perkiraan jumlah bahan baku untuk setiap bulannya selama enam bulan. bulan pertama di butuhkan 3.192 m kain dan 809.177 m benang, bulan kedua 3.245 m kain dan 823.078 m benang, bulan ketiga 3.288 m kain dan 835.392 m benang, bulan keempat 3.314 m kain dan 840.190 m benang, bulan kelima 3.323 m kain dan 843.185 m benang serta bulan keenam membutuhkan 3.321 m kain dan 843.784 m benang. Hasil dari metode MRP ini diperkirakan perusahaan akan merencanakan pemesanan pembelian bahan baku kembali sebanyak empat kali, sedangkan dengan metode perusahaan sebanyak tiga kali. Namun karena sudah di hitung jumlah pemesanan optimum (Q*), maka pembelian sebanyak empat kali akan lebih efektif serta efisien bagi kondisi perusahaan.
Collections
- UT - Management [3476]