Enkapsulasi Untuk Konservasi In Vitro Pimpinella pruatjan Molk. : Efek Cahaya dan Kombinasi Media (Sorbitol-Paklobutrazol)
Abstract
Purwoceng merupakan tanaman obat asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Akarnya memiliki khasiat afrodisiak yaitu dapat meningkatkan gairah seksual dan meningkatkan ereksi, melancarkan air seni (diuretik) dan meningkatkan stamina tubuh (tonik). Saat ini populasi purwoceng di habitat alaminya sudah punah akibat eksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku jamu tanpa adanya usaha penanaman kembali. Selain itu purwoceng sulit dibudidayakan di luar habitat alaminya karena memiliki persyaratan tumbuh yang spesifik. Oleh karena itu purwoceng dikategorikan sebagai tanaman langka yang sangat dilindungi. Untuk menghindari kepunahan purwoceng perlu dilakukan upaya konservasi sesegera mungkin. Konservasi in vitro tanaman purwoceng melalui pertumbuhan minimal menggunakan enkapsulasi pernah dilaporkan, namun hasilnya kurang memuaskan karena kultur tidak dapat disimpan dalam waktu lebih dari empat minggu. Upaya untuk meningkatkan umur penyimpanan purwoceng dapat dilakukan dengan menggunakan secara bersama-sama dua faktor penghambat pertumbuhan yaitu regulator osmotik sorbitol dan retardan pertumbuhan paklobutrazol. Dalam penyimpanan, diharapkan kultur tidak hanya mampu disimpan lama namun harus memiliki daya regenerasi yang tetap tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kondisi intensitas cahaya yang berbeda pada kemampuan penyimpanan purwoceng secara enkapsulasi dengan sorbitol dan paklobutrazol, mendapatkan konsentrasi perlakuan sorbitol dan paklobutrazol terbaik untuk menyimpan kultur purwoceng secara enkapsulasi selama 8 bulan dan menguji daya regenerasi, stabilitas karakter genetik dan fisiologi kultur purwoceng pasca penyimpanan. Formulasi terbaik diharapkan dapat diterapkan secara rutin sebagai protokol penyimpanan in vitro di bank gen untuk menghindari kepunahan spesies langka ini.