Pendugaan emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan di provinsi Jawa Barat
Abstract
Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ketiga sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca di dunia, setelah negara China dan Amerika Serikat (Hoorier, et al. 2006). Selain itu, sektor peternakan dunia juga menyumbang gas metan sebesar 37% dan dinitrogen oksida sebesar 65% (IPCC, 2007). Sumber terbesar emisi dari ternak berasal dari fermentasi enterik dan manajemen manur. Provinsi Jawa Barat merupakan sentra peternakan terbesar kedua di Indonesia. Untuk mengatasi dampak pemanasan global perlu dilakukan perhitungan emisi gas rumah kaca dan mitigasi di mana perhitungan dilakukan untuk menentukan sumber emisi gas rumah kaca dan tingkat emisi gas rumah kaca di suatu daerah. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Komputer Institut Pertanian Bogor dan wawancara dengan beberapa peternak di Jawa Barat yaitu di daerah Bogor, Serang dan Pengalengan-Bandung. Variabel yang diamati pada penelitian ini antara lain emisi metan dan dinitrogen oksida yang dihasilkan tiap jenis ternak, faktor emisi metan, emisi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Program ALU Tools kemudian dibandingkan dengan verifikasi lapang. Hasil pengolahan data dengan program dapat memberikan informasi mengenai besarnya metan dan dinitrogen oksida yang dihasilkan di Provinsi Jawa Barat dan tindakan mitigasi yang telah dilakukan peternak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa perhitungan menggunakan model II (enhanced) yaitu sebesar 3.481,8 Gg CO2 menghasilkan emisi lebih tinggi dari pada menggunakan model I (default IPCC) sebesar 2.835,8 Gg CO2. Emisi metan (50,1% pada model I dan 59,6% pada model II) memiliki persentase lebih tinggi daripada emisi dinitrogen oksida (49,9% pada model I dan 40,4% pada model II). Jenis ternak di Provinsi Jawa Barat yang menghasilkan emisi tertinggi adalah ternak domba (1.211,5 Gg CO2 baik menggunakan model I maupun model II) dan pengahasil emisi terendah adalah ternak babi (3,7 Gg CO2 pada model I dan model II). Kabupaten tertinggi penghasil emisi adalah Kabupaten Karawang yaitu sebesar 502,59 Gg CO2 (pada model I) dan 525,56 Gg CO2 (pada model II) sedangkan emisi terendah dimiliki oleh Kota Cirebon yaitu sebesar 1,91 Gg CO2 (pada model I) dan 2,41 Gg CO2 (pada model II). Tindakan mitigasi yang telah dilakukan peternak mayoritas dilakukan dengan memperbaiki kualitas pakan antara lain dengan penambahan leguminosa salah satu contohnya Kaliandra dan suplemen berupa UMB (Urea Molasses Block).