Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Pepaya (Carica papaya L.) IPB 1 Setelah Pemeraman
Abstract
Pepaya(Carica papaya L.) merupakan salah satu jenis buah yang populer dan cukup banyak digemari oleh masyarakat berbagai kalangan sebagai sumber zat gizi, vitamin dan mineral. Pepaya termasuk jenis buah tropis yang mudah rusak (perishable), sehingga diperlukan penanganan pasca panen yang baik. Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan pasca panen yaitu rendahnya daya simpan buah pepaya. Upaya memperpanjang umur simpan buah pada prinsipnya adalah dengan menghambat laju pematangan buah, dengan demikian produsen buah pepaya dapat memperkirakan batas toleransi penyimpanan serta waktu pemberian etilen yang tepat hingga mencapai tingkat kematangan maksimal (siap dikonsumsi) dan dengan pertimbangan nilai gizinya tidak banyak berkurang atau rusak. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari perubahan fisiologi dan mutu buah pepaya selama penyimpanan dan setelah pemeraman. Sedangkan secara khusus adalah (I) menentukan suhu penyimpanan dan (2) menentukan lama penyimpanan yang optimum buah pepaya sebelmn dilakukan pemeraman. Penyimpanan dilakukan pada suhu 10°C, 15°C dan suhu ruang (27-29 C) dengan lama penyimpanan 10, 12, 14 dan 16 hari untuk suhu 10°C dan suhu 15 C adalah 10, 12 dan 14 hari. Selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu 25 C selama 24 jam dan disuntik etilen dengan konsentrasi 100 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran laju respirasi yang diperoleh, bahwa puncak klimakterik yaitu yang ditandai dengan lonjakan produksi CO2 tercepat terjadi pada suhu 10°C dan 15°C masing-masing adalah 63 ml/kg/jam dan 77.7 ml/kg/jam setelah pemeraman. Dari data laju respirasi terlihat bahwa, semakin lama waktu penyimpanan dan semakin rendah suhu maka semakin kecil rata-rata nilai laju respirasi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya akumulasi CO2 di dalam chamber. sehingga menghambat respirasi pada saat dilakukan pemeraman. Nilai kekerasan setelah pemeraman menurun lebih cepat dibandingkan selama penyimpanan, hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka perubahan tingkat kekerasan buah akan semakin cepat. Perubahan susut bobot selama penyimpanan lebih besar dibandingkan dengan perubahan susut bobot setelah pemeraman. Pengukuran kekerasan dan TPT dilakukan dengan menggunakan sistem NIR (Near Infrared) secara non-destruktif. Kadar TPT mengalami peningkatan selama penyimpanan dan menurun selama buah disimpan setelah pemeraman. Perubahan warna tertinggi adalah pada penyimpanan 10 hari suhu 15 C, masing-masing untuk nilai L, a dan b adalah 51.1, -8.9 dan 42.9. Berdasarkan hasil uji organoleptik, tingkai kesukaan panelis terhadap parameter mutu yaitu warna kulit, warna daging, aroma, rasa, kekerasan dan mutu secara keseluruhan dimiliki oleh perlakuan suhu ruang selama penyimpanan 7 hari. Penyimpanan selama 16 hari pada suhu 10°C sebelum pemeraman lebih dianjurkan serta memiliki tingkat kesukaan tertinggi oleh panelis setelah perlakuan suhu ruang.