Keragaan Penggunaan Garam Beryodium Di rumah Tangga, Di Daerah Non lDT dan lDT Perkotaan, Kecamatan Bogor Timur, Kotamadya Bogor
Abstract
Perielitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari keragaan penggunaan garam beryodium di rumah tangga, dan secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengetahuan GAKY, dan pengetahuall , sikap serta praktek tentang cara penggunaan garam beryodium, mempelajari ketersediaan garam beryodium di wilayah penelitian dan konsumsi garam beryodium serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan garam beryodium di rumah tangga. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukasari mewakili Desa non IDT dan Desa Sindang Rasa mewakili desa IDT Perkotaan, Kecamatan Bogor Timur, Kotamadya Bogor, pad a bulan Juli dan Agustus 1998. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu balita pengunjung posyandu, sebanyak 30 orang dari Kelurahan Sukasari dan 30 orang dari Oesa Sindang Rasa. Data primer yang dikumpulkan meliputi tingkat sosial ekonomi keluarga, pengetahuan GAKY, pengetahuan, sikap dan praktek tentang cara penggunaan garam beryodium, jenis dan merk dagang garam yang dikonsumsi, ketersediaan garam beryodium di wilayah penelitian dan konsumsi garam beryodium di rumah tangga. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum wi/ayah penelitian dan pengadaan serta penyaluran garam beryodium di Kotamadya Bogor. Data primer diolah dan ditabulasi, kemudian dianalisa secara deskriptif. Tingkat pendapatan per kapita per bulan keluarga didekati dengan pengeluaran total per bulan dibagi jumlah anggota keluarga. Untuk memudahkan tabulasi, dikelompokkan dengan menggunakan rata-rata pendapatan dari keseluruhan contoh, menurut kriteria tinggi dan rendah. Pengetahuan GAKY dan pengetahuan, sikap dan praktek tentang cara penggunaan garam beryodium dini/ai dengan skor, menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan. Hasi/ total skor yang diperoleh, diklasifikasi menjadi tinggi, jika total skor > rata-rata total skor yang diperoleh dari keseluruhan contoh, dan rendah, jika total skor < rata-rata total skor yang diperoleh dari keseluruhan contoh. Jenis garam yang dikonsumsi yang dijual di daerah penelitian dianalisa dengan menggunakan yodina tes. Ketersediaan garam beryodium di wi/ayah penelitian dihitung dengan membandingkan jumlah penjual garam yang rnenjual garam dengan kandungan yodium mernenuhi syarat terhadap seluruh penjual garam yang ada di wi/ayah penelitian. Konsumsi garam per hari diukur dengan pemakaian garam per kemasan per hari dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Perbedaan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan tentang GAKY dan pengetahuan, sikap dan praktek tentang cara penggunaan garam beryodium dikedua wi/ayah penelitian dianalisa dengan uji beda rata-rata t student. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau hubungan dua variabel, digunakan uji Khi Kuadrat dengan program SPSS (Statistical Program of Social Science). Hasi/ penelitian menunjukkan bahwa, pada urnumnya tingkat pengetahuan contoh tentang GAKY di kedua daerah penelitian masih tergolong rendah. Hanya 40 % contoh di non IDT dan 46,6 % contoh di IDT yang berpengetahuan GAKY tinggi. Tingkat pengetahuan contoh tentang gararn beryodium di non IDT tergolong rendah, Perbedaan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan tentang GAKY dan pengetahuan, sikap dan praktek tentang cara penggunaan garam beryodium dikedua wHayah penelitian dianalisa dengan uji beda rata-rata t student. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau hubungan dua variabel, digunakan uji Khi Kuadrat dengan program SPSS (Statistical Program of Social Science). HasH penelitian menunjukkan bahwa, pada umumnya tingkat pengetahuan contoh tentang GAKY di kedua daerah penelitian masih tergolong rendah. Hanya 40 % contoh di non lOT dan 46,6 % contoh di lOT yang berpengetahuan GAKY tinggi. Tingkat pengetahuan contoh tentang garam beryodium di non lOT tergolong rendah, yaitu sebesar 40% contoh, sedangkan di lOT terg®long tinggi, yaitu sebesar 60% contoh. Contoh yang memHiki sikap tentang upaya penanggulangan GAKY dan garam beryodium yang dikategorikan negatif sebesar 46,6% di non lOT dan positif sebesar 63,3% di lOT. Sedangkan praktek contoh tentang cara penggunaan garam beryodium pad a kedua daerah penelitian tergolong baik, masing-masing sebesar 53,3 % contoh di non lOT dan 63,3 % contoh di lOT. Penggunaan garam dengan kandungan yodium memenuhi syarat kesehatan (30 ppm) di kedua daerah penelitian masih rendah, yaitu hanya digunakan oleh 36,6 % contoh di non lOT dan 43,2 % contoh di lOT. HasH Statistik menunjukkan bahwa, semakin positif sukap contoh tentang upaya penanggulangan GAKY dan garam beryodium, semakin baik mutu garam yang dikonsumsi. Cara pemakaian garam beryodium di rumah tangga di kedua daerah penelitian masih lebih banyak yang menggunakan pada saat masaka mendidih dan digunakan untuk menghaluskan bumbu. Seharusnya dianjurkan menurut buku pedoman OepKes (1996) sebaiknya garam beryodium digunakan pada saat masakan diangkat dari kompor dan digunakan sebagai garam •meja. Oari seluruh contoh, hanya 33,4 % contoh di non lOT dan 40% contoh di lOT yang telah memakai garam beryodium sesuai dengan yang dianjurkan. HasH statistik menunjukkan bahwa, semakin tinggi peng-etahuan t-entang cara penggunaan garam beryodium semakin baik cara pamakaian garam beryodium. HasH pengamatan menunjukkan bahwa seluruh garam yang dijual dHokasi penelitian berlabel "garam beryodium". Namun uji Yodina Test menunjukkan bahwa, sebesar 58,8% penjual di daerah non lOT dan 85,5% penjual di daerah lOT yang menjual garam dengan kandungan yodium memenuhi syarat. Rata-rata konsumsi baik yang menggunakan garam dengan kandungan yodium memenuhi syarat maupun tidak memenuhi syarat per orang per hari di non lOT sebesar 5,65 gram dan 6,13 gram di lOT. Sebanyak 36,6 % contoh di non lOT dan 40 % contoh lOT telah mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium memenuhi syarat serta jumlah yang cukup, yaitu terpenuhinya kebutuhan YOdium 100-150 fig dalam 3-5 gram garam beryodium.
Collections
- UT - Nutrition Science [2865]