Pengendalian Kualitas Pucuk Teh (Camellia Sinensis L.) di Kebun Gunung Mas PT Perkebunan Nusantara VIII, Jawa Barat
Abstract
Tujuan umum dari kegiatan magang ialah meningkatkan hubungan, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja serta meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata khususnya dalam bidang budidaya dan pengelolaannya Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Gunung Mas PT Perkebunan Nusantara VIII Jawa Barat, selama empat bulan mulai awal Februari 1999 sampai dengan akhir Mei 1999. Selama magang mahasiswa bekerja secara langsung sebagai karyawan dan melakukan kegiatan sesuai dengan volume pekerjaan dan jenjang jabatan yang ada di kebun. Selain itu menentukan suatu aspek untuk dibahas, aspek yang dianalisis lebih mendalam ialah pengendalian kualitas pucuk teh dilihat dari segi pemetikan. Komiditi teh Indonesia masih menitikberatkan pada pasar ekspor. Untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara produsen teh lainnya diperlukan upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya. Pemetikan sangat berperan dalam menentukan mutu teh jadi karena kondisi pucuk dari kebun sangat menentukan hasil olahan. Pengendalian kualitas pucuk perlu dilakukan untuk menjamin kondisi pucuk memenuhi syarat olah sehingga mutu teh jadi dapat dipertahankan. Pengendalian kualitas pucuk teh dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain sistem petikan, daur/gilir petik, organisasi dan ketenagakerjaan pemetikan serta sarana panen/pemetikan. Berdasarkan aspek-aspek di atas pengendalian kualitas pucuk di Kebun Gunung Mas masih perlu dilakukan perbaikan. Sistem petikan yang benar masih belum sepenuhnya dijalankan, hal ini terlihat dari berfluktuasinya persentase pucuk medium selama empat bulan dari Februari sampai Mei 1999 yang masih di bawah ketentuan syarat olah (MS 70%) dengan rata-rata kisaran yang cukup lebar yaitu antara 62.7%-67.9%. Berfluktuasinya persentase pucuk medium ini menyebabkan berfluktuasi pula persentase mutu I dengan rata-rata kisaran yang cukup lebar yaitu 72.3%-80.9%. Pelaksanaan pemetikan di Kebun Gunung Mas umumnya juga dilakukan dengan daur/gilir petik panjang serta koordinasi dan pengawasan pemetikan yang masih kurang, sehingga persentase pucuk kasar cukup tinggi (48.25%) yang menurunkan kualitas pucuk. Disamping itu, kurang diperhatikannya kelengkapan sarana panen dan pengangkutan/transportasi yang menyebabkan kenaikan persentase pucuk rusak melebihi ketentuan (maksimal 5 %). Pelaksanaan analisa petik dan analisa pucuk yang merupakan alat monitoring pengendalian kualitas pucuk hanya dilakukan pihak pengolahan sehingga bisa menyebabkan kurangnya perhatian pihak kebun terhadap hasil analisa untuk kepentingan perbaikan kebun.