Uji Performansi Alat Pengering Cengkeh (Eugenia Aromatica) Tipe Efek Rumah Kaca
Abstract
Cengkeh adalah salah satu produk perkebunan di Indonesia yang menjadi unggulan. Hal ini cukup beralasan karena Indonesia cukup banyak memproduksi cengbkeh selain harga cengkeh yang memang cukup tinggi. Namun dengan kondisi iklim di Indonesia yang sering teIjadi mendung dan hujan terlebih ketika musim hujan tiba, maka pengeringan cengkeh akan sangat terganggu. Hal ini teIjadi karena sebagian besar petani cengkeh di Indonesia hanya menggunakan penjemuran langsung dengan terik matahari. Dengan kondisi tersebut maka dibuatlah sebuah alternatif pengeringan dengan penggunaan alat pengering cengkeh tipe efek rumah kaca dengan pemanas tambahan biomassa. Penelitian tentang pengujian alat pengering tipe efek rumah kaca dengan pemanas tambahan biomasaa ini bertujuan untuk menentukan besarnya suhu RH dan kecepatan udara optimum di atas bahan pada keempat rak terbawah dan untuk menguji pemanas tambahan yang dipasang, yaitu berupa pemanas air-radiator dengan bahan bakar bakar kayu kopi dan pemanas pipa seng dengan bahan bakar arang kayu. Beberapa parameter pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu dan sebarannya di ruang pengering, iradiasi surya global, kelembaban udara, kecepatan aliran udara pengering, kadar air bahan, lama pengeringan, kebutuhan energi listrik dan kebutuhan energi surya dan energi pemanas tambahan. Radiasi surya global dan energi biomassa diukur dengan satuan MJ sedangkan untuk energi listrik dengan satuan kWh. Pengujian menggunakan rak sebelah kanan (selatan) saja, di mana rak tersebut dibagi lagi menjadi rak selatan dan utara berdasarkan letak tray dalam satu rak. Dalam pengujian dilakukan tiga kali ulangan, yaitu masing-masing 10 kg pada rak pertama, 12 kg pada rak keempat dan 32 kg pada rak pertama hingga keempat dengan urutan dari bawah. Pemanas tambahan yang diuji, yaitu pemanas air-radiator dengan bahan bakar kayu kopi dan pipa seng dengan bahan bakar arang kayu. Pada pengujian pertama konsumsi biomassa adalah 30 kg arang kayu. Pada pengujian kedua berupa 20 kg arang kayu dan 46 kg arang kayu dan pada pengujian ketiga sebanyak 50kg arang kayu dan 63 kg kayu kopi. Dari hasil pengujian, bahan pada pengujian pertama kering dalam waktu 96 jam dengan kadar air akhir 12.6 % bb, pengujian kedua dalam waktu 76 jam dengan kadar air akhir 12.6 % bb dan pengujian ketiga dalam waktu 115 jam dengan kadar air akhir 13 % bb. Kecepatan pengeringan rata-rata masing-masing pengujian adalah 3.71 % bk, 4.28 5 bk dan 2.29 % bk. Kadar air keseimbangan (Me) untuk pengujian I sebesar 13.96%bk dengan nilai koefisien pengeringan (k) sebesar 0.054/jam dengan iradiasi surya global ratarata yang diterima ini sebesar 11149.77 Whlm2 dengan energi biomassa sebesar 882 MJ. Pengujian 2 dengan iradiasi surya global rata-rata sebesar 11111.74 Whlm2 dan energi biomassa sebesar 1311.212 MJ mengahsilkan Me dan koefisien pengeringan (k) sebesar 14.13%bk dan 0.06/ jam. Pengujian 3 dengan iradiasi surya global ratarata sebesar 13775.94 Whlm2 dan energi biomassa sebesar 2466.486 MJ menghasilkan Me dan koefisien pengeringan (k) masing-masing sebesar 14.5%bk dan 0.036/jam. Dari hasil rata-rata ketiga percobaan yang telah dilakukan dengan iradiasi surya global rata-rata sebesar 12012.48 Whlm2 dan energi biomassa ratarata sebesar 1553.233 MJ menghasilkan Me sebesar 14.19%bk dan koefisien pengeringan (k) sebesar 0.05/jam. Dari hasil pengujian yang dilakukkan dan beberapa data dan literatur tentang pengeringan cengkeh dihasilkan bahwa kondisi optimum untuk pengeringan cengkeh ini adalah pada suhu 40°C-50 °C dengan RH ruangan dijaga pada kisaran 25 % - 40 %. Kecepatan aliran udara di atas bahan pada keempat rak terbawah sebesar 0.3 mI detik. Hal iill diatur dengan pengaturan bukaan jendela dengan kecepatan udara masuk melalui jendela 0.8 mI detik dan debit udara sebesar 576 m3/jam. Cengkeh hasil pengenngan dengan alat GHE dan penJemuraan langsung menunjukkan mutu yang berbeda. Secara umum kondisi penampakan dari kedua hasil sarna, yaitu mempunyai warna coklat-hitam, ukuran seragam, tidak ada cengkeh yang rusak, tidak ada gagang cengkeh dan kadar air di bawah 14 % bb. Namun kadar minyak atsiri pada cengkeh hasil pengeringan GHE lebih tinggi yaitu 17.6 % sedangkan pada penjemuran langsung hanya sekitar 13.7 %. Salah satu penyebab perbedaan kadar minyak atsiri ini adalah metode pengeringan di mana pada penjemuran langsung, cengkeh akan terkena radiasi langsung dari matahari yang menyebabkan suhu cengkeh bisa cukup tinggi yang hal ini menyebabkan lebih banyak menguapnya minyak atsiri. Meskipun demikian sebenarnya kelja dari alat pemanas arng-pipa seng ini masih kurang optimal. Hal iill terbukti dengan lebih banyaknya panas yang keluar, dari kotak seng pemanas yang diletakkan di sebelah ke udara lingkungan. Untuk lebih efisien lagi maka sebaiknya kotak seng pemanas dibuat menjorok ke dalam serta diberikan tambahan pemanas lagi di sebelah utara.