Analisis limpasan banjir pada kondisi darurat di Waduk Jatiluhur dengan menggunakan Hec-ras dan Hec-georas
Abstract
Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Air tidak hanya berguna sebagai air minum, namun juga berfungsi sebagai sumber penghidupan seperti membasahi lahan pertanian, perikanan, hingga pembangkit listrik. Kebutuhan akan air cenderung tidak sejalan dengan tingkat ketersediaannya baik dari segi ruang dan waktu, maupun jumlah dan kualitas. Hal ini menyebabkan manusia perlu untuk melakukan intervensi terhadap pola ketersediaan air melalui pembuatan tampungan-tampungan air melalui pembangunan bendungan dan waduk Waduk sering disebut sebagai danau buatan yang besar.
Potensi permasalahan pembangunan waduk dan bendungan dapat dibagi menjadi dua hal utama yaitu dampak dari konstruksi bendungan dan pasca konstruksi atau masa pemanfaatan dari bendung. Menurut US Army Corps of Engineers Hydrological Engineering Center (USACE HEC) ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi pada bendungan, diantaranya adalah gempa bumi, longsor, badai, perembesan, kerusakan peralatan, kerusakan pada struktur, kerusakan pondasi, sabotase, overtopping (melimpah). Kegagalan bendungan tersebut akan menyebabkan terjadinya limpasan banjir yang dapat membanjiri daerah hilir waduk. Limpasan banjir ini akan semakin membahayakan jika waduk tersebut berukuran besar, seperti Waduk Jatiluhur.
Model sebagai salah satu analisa kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan suatu sistem Upaya untuk menganalisa limpasan banjir yang berasal dari kondisi darurat waduk memerlukan suatu model hidrologi yang tepat. Model ini dapat digunakan sebagai pembuat keputusan untuk manajemen pengelolaan daerah sepanjang aliran sungai pada hilir waduk. Melalui model tersebut maka diharapkan tercipta suatu sistem peringatan dini dari bahaya yang terjadi ketika suatu bendungan atau waduk mengalami kondisi darurat.
Peta tingkat bahaya banjir pada saluran spillway dapat memberikan suatu sistem peringatan dini yang sederhana dari kondisi darurat yang terjadi pada Waduk Jatiluhur. Peta tersebut merupakan hasil dari analisis limpasan banjir dengan menggunakan software HEC-RAS, HEC-GeoRAS, dan juga berbagai software pendukung lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis limpasan banjir dengan menggunakan HEC-RAS dan HEC-GeoRAS terdiri tiga langkah utama, yaitu HEC- GeoRAS Pre-Processing, HEC-RAS Processing, dan HEC-GeoRAS Post Processing. HEC-GeoRAS Pre-Processing merupakan tahap persiapan data spasial yang akan digunakan untuk menganalisis limpasan banjir. HEC-RAS Processing merupakan tahap analisis limpasan banjir dengan menggunakan data analisis yang telah dipersiapkan pada HEC-GeoRAS dan data hidrologi berupa debit yang mengalir ketika terjadi kondisi darurat pada Waduk Jatiluhur. HEC-GeoRAS Post Processing merupakan tahap akhir dari analisis limpasan banjir. Pada tahap ini, hasil analisis dari HEC-RAS akan dimasukkan ke dalam HEC-GeoRAS untuk mendapatkan proyeksi hasil analisis limpasan banjir berupa peta tingkat bahaya banjir.
Peta tingkat bahaya banjir ini akan memberikan informasi mengenai luas sebaran genangan banjir, kedalaman aliran, dan kecepatan aliran limpasan pada tiga kondisi debit yang berbeda. Kondisi yang digunakan dalam analisis limpasan banjir adalah kondisi normal, kondisi banjir puncak, dan kondisi debit maksimum yang dapat digelontorkan oleh main spillway dan emergency spillway. Kondisi normal digunakan untuk membahas kondisi yang terjadi pada hilir waduk ketika aliran yang…dst