Uji kelarutan dan ketersediaan biologis mineral makro (Ca, P, Mg. K) dari beberapa bahan makanan ternak pada unggas
View/ Open
Date
1991Author
Khairis, Lies
Amrullah, Ibnu Katsir
Sumiati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Agronomi, Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, dari bulan Juli sampai September 1990.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan kelarutan (in vitro) mineral makro (Ca, P, Mg, K) di dalam pelarut HCl (pH 2), asam sitrat 2% dan air dengan ketersediaan mineral tersebut secara biologis (in vivo).
Empat belas macam bahan makanan yang diuji pada penelitian ini adalah jagung, sorgum, dedak padi, bungkil inti sawit, bungkil kacang tanah, bungkil kedele, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, tepung daun ubi kayu, tepung daun lamtoro, tepung daun gamal, tepung ikan Chilli, tepung ikan lokal dan tepung daging. Hewan percobaan yang digunakan adalah 36 ekor ayam petelur jantan strain "Babcock" berumur 3 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan kelarutan (in vitro) Ca, P, Mg dan K berturut-turut dari keempat belas bahan makanan dalam pelarut HCl (pH 2) adalah 29.56%, 36.02%, 45.50% dan 59.2%; dalam pelarut asam sitrat 2% adalah 34.78%, 46.11%, 46.93% dan 56.50%; dalam pelarut air adalah 8.20%, 113.23% (diduga terkontaminasi), 21.23% dan 55.60%.
Nilai ketersediaan biologis mineral dari setiap bahan makanan sangat bervariasi yaitu berkisar ((36.00% 96.87%)) dengan rataan 65.04% untuk kalsium, ((29.12% ; 70.88%)) dengan rataan 53.46% untuk fosfor, ((31.82%; 68.78%)) dengan rataan 45.79% untuk magnesium dan ((47.10% ; 85.21%)) untuk kalium dengan rataan 68.80%.
Korelasi antara kelarutan (in vitro) Ca, P, Mg dan K dengan ketersediaan mineral secara biologis (in vivo) pada ketiga macam pelarut tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa kelarutan mineral dalam pelarut HC1 (pH 2), asam sitrat 2% dan air tidak bisa digunakan sebagai penduga ketersediaan mineral secara biologis.