Evaluasi kualitas nutrisi kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) yang dikeringkan pada tingkat pemanasan berbeda
Abstract
Kulit buah kakao (cocoa pod) adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji kakao, dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras. Kulit buah kakao ini merupa- kan salah satu limbah Industri Perkebunan dengan kadar air yang tinggi, yaitu sekitar 80 85 persen. Mengingat kadar air yang cukup tinggi penanganan kulit buah kakao perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya penurunan nilai nutrisinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati tingkat suhu yang tepat untuk pengeringan kulit buah kakao agar tidak merusak kualitas nutrisinya.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ruminologi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peter- nakan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 1991.
Kulit buah kakao yang digunakan pada penelitian ini mendapat perlakuan sebagai berikut: kulit buah kakao yang dikeringkan dengan sinar matahari (R₁), dan kulit buah kakao yang dikeringkan dengan oven pada berbagai level suhu yang berbeda yaitu 45°C, 60°C, 75°C dan 90°C masing- masing untuk R2, R3, R4 dan R5.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana cara pengeringan kulit buah kakao berfungsi sebagai perlakuan dan cairan rumen sebagai kelompok.
Peubah yang diukur dalam analisis in vitro adalah produksi amonia (NH3), asam lemak atsiri (VFA), koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna bahan organik (KCВО).
Berdasarkan hasil analisis in vitro diperoleh rataan produksi NH3 5.365; 5.665; 6.285; 6.186 dan 5.943 mM, masing-masing untuk R1, R2 R3 R4 dan R5. Hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan R1 sangat nyata (P < 0.01) menghasilkan NH3 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rataan produksi VFA untuk masing-masing perlakuan adalah: 145.5; 117.0; 133.0; 113.5 dan 105.0 mM. Menurut hasil uji statistik, menunjukan bahwa perlakuan R₁ sangat nyata (P < 0.01) menghasilkan...