Show simple item record

dc.contributor.advisorEriyatno
dc.contributor.authorPratiwi, Wiwin
dc.date.accessioned2024-02-29T06:42:35Z
dc.date.available2024-02-29T06:42:35Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140539
dc.description.abstractKomoditi daging sapi memiliki peluang pasar yang relatif tinggi. Produksi lokal belum mampu mencukupi permintaan dalam negeri, sehingga sekitar 20 persen kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara mengimpor, baik sapi bakalan dan daging sapi beku. Investasi di bidang agribisnis daging sapi perlu digalakkan dalam rangka mengurangi tingkat ketergantungan terhadap impor tersebut. Model InvesSapot terdiri dari enam basis data dan empat basis model. Sistem manajemen basis data meliputi data karakteristik berbagai jenis sapi potong, data informasi kredit, data prakiraan permintaan pasar, data finansial penggemukkan sapi potong, data distribusi, dan data finansial industri daging sapi, sedangkan sistem manajemen basis model terdiri dari AnPrakira, yaitu analisa prakiraan permintaan pasar terhadap komoditi ternak dan daging sapi dengan mempergunakan model pertumbuhan populasi Keluaran sub model AnPrakira berupa jumlah pangsa pasar yang diinginkan, kemudian dipergunakan sebagai tingkat produksi proyek. Sub model AnFinTer dirancang untuk menganalisa kelayakan proyek penggemukkan sapi potong secara finansial, AnDistri dirancang untuk menganalisa biaya distribusi baik distribusi ternak dan karkas, kemudian AnFinın dipergunakan untuk menganalisa kelayakan proyek industri daging sapi secara finansial Verifikasi sub model AnPrakira menunjukkan bahwa total permintaan ternak dari lokasi pasar yaitu DKI Jakarta, mengalami peningkatan rata-rata sebesar 13.9 persen per tahun, sedangkan konsumsi daging sapi di DKI Jakarta meningkat setiap tahun rata-rata sebesar 2.1 persen. Pengujian sub model AnFinTer dan AnDistri dilakukan dengan mempergunakan proyek A penggemukkan sapi potong skala 65 ekor tiap periode dengan tiga jenis distribusi yaitu distribusi ternak mempergunakan truk milik perusahaan (A(1)), sewa angkutan ternak (A(2)) dan distribusi karkas (A(3)). Pembiayaan proyek dilakukan dengan dua skenario yaitu bank dengan sistem bunga (skenario 1) dan bank syariah (skenario 2). Hasil verifikasi menunjukkan proyek A(3) dengan skenario 1 paling menguntungkan, dengan nilai kriteria investasi NPV paling tinggi diantara proyek lainnya Kelemahan proyek A(3) adalah pemotongan harus dilakukan minimal di RPH tipe B dan konsumen di lokasi pasar sudah harus pasti. Selanjutnya verifikasi AnFinTer dilakukan menggunakan proyek B penggemukkan pola PIR, dengan dua skenario pembiayaan yaitu koperasi (skenario 1) dan rentenir (skenario 2). Skenario I dinilai layak dengan nilai NPV positif, IRR 28.8 persen, net B/C 1.27 dan PBP 414 tahun, sedangkan skenario 2 tidak layak. Proyek C (industri daging sapi) dipergunakan dalam verifikasi sub model AnFinin. dengan memakai dua skenario pembiayaan yaitu bank dengan sistem bunga (skenario 1) dan bank syariah (skenario 2). Hasil pengujian menunjukkan bahwa skenario 2 dinilai lebih menguntungkan dengan nilai kriteria investasi, NPV bernilai positif dan lebih tinggi daripada skenario 2, IRR 54.9 persen, net B/C 4.97 dan PBP 1.26 tahun. Analisa sensitivitas terhadap ketiga proyek, menunjukkan bahwa walaupun terjadi penurunan harga jual dan kenaikkan harga bahan baku sebesar 10 persen untuk proyek A dan B dan 5 persen untuk proyek C, proyek A dan C dinilai masih layak, sedangkan proyek B tidak layak. Hal ini menunjukkan bahwa proyek B sensitif terhadap perubahan harga jual dan harga bahan baku. Penurunan harga jual lebih berpengaruh terhadap nilai proyek daripada kenaikkan harga bahan baku.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgroindustrial Technologyid
dc.subject.ddcFarm productionid
dc.titleRekayasa model perencanaan investasi pada agribisnis daging sapiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record