Analisis kepuasan konsumen restoran bumbu desa Bogor
Abstract
Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 879.138 jiwa (BPS Bogor 2007). Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Bogor, jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja pada tahun 2003 sebesar 1705 orang. Pada tahun 2004, jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja meningkat sebesar 183,28 persen. Pada tahun 2005, penduduk Kota Bogor yang bekerja mengalami penurunan sebesar 44,02 persen. Kemudian pada tahun 2006, jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen. Semakin tingginya jumlah penduduk Kota Bogor yang bekerja menyebabkan terjadinya berbagai perubahan-perubahan pada pada perilaku masyarakat Kota Bogor. Salah satu perubahan tersebut adalah pada perilaku makan. Dengan kesibukan yang dimiliki, sebagian masyarakat Kota Bogor tidak memiliki cukup waktu untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan, termasuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu makanan. Sebagian masyarakat Kota Bogor mencari pola konsumsi makan yang lebih bersifat praktis, cepat, sehat dan nyaman. Kegiatan pola konsumsi yang bersifat praktis, cepat, sehat dan nyaman tersebut dapat diperoleh masyarakat melalui restoran-restoran yang banyak tersebar. Salah satu jenis restoran yang mengalami perkembangan setiap tahunnya adalah restoran tradisional. Restoran Bumbu Desa Bogor adalah salah satu restoran tradisional Sunda yang baru beroperasi pada tanggal 8 September 2007. Pada awal beroperasinya, Restoran Bumbu Desa Bogor melakukan promosi arakarakan berbudaya Sunda dengan membawa beranekaragam bahan baku produk (ayam, sayur-sayuran, dan lain-lain). Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen. Selain promosi arak-arakan, Restoran Bumbu Desa Bogor juga melakukan promosi iklan di media cetak, radio, spanduk/baliho yang dipasang di jalan-jalan dan meyebarkan undangan ke instansi-instansi di Bogor. Bentukbentuk promosi yang dilakukan tersebut berhasil, terbukti dari penerimaan penjualan restoran pada bulan pertama melebihi target dari apa yang diharapkan. Setelah bulan pertama, penerimaan penjualan Restoran Bumbu Desa Bogor tidak stabil (fluktuatif). Pihak restoran banyak menerima keluhan dari konsumen. Banyak konsumen yang mengeluh dengan rasa produk yang berubah-ubah setiap harinya untuk jenis yang sama, kecepatan waitress (pelayan restoran) yang lama dalam mengantarkan pesanan ke kosumen, wastafel yang terlalu pendek atau ”ceper” sehingga lantai di bawah wastafel ”becek” dan lain-lain. Selain itu Restoran Bumbu Desa Bogor menawarkan berbagai produk, harga dan pelayanan yang berbeda dibandingkan restoran-restoran yang sudah ada. Pemesanan produk ke pramusaji di dapur (tempat penataan produk/makanan yang ditawarkan dengan cara prasmanan) mengundang berbagai reaksi dari konsumen.
Collections
- UT - Management [3354]