Kinerja Produksi dan Usaha Budidaya Kepiting Soka dalam Sistem Apartemen dengan Sumber Benih yang Berbeda
Abstract
Pengembangan budidaya kepiting bakau di kawasan perkotaan (urban
aquaculture) menggunakan sistem apartemen dengan resirkulasi air masih
membutuhkan benih dari hasil tangkapan alam. Benih dari lokasi penangkapan
yang berbeda akan mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan
produktivitas kepiting bakau dalam sistem akuakultur, terkait dengan kondisi
habitat asal kepiting, cara penangkapan, penanganan dan transportasi hasil
tangkapan. Kepiting bakau berukuran 50-120 g sebanyak 90 ekor didatangkan dari
Bekasi, Tangerang, dan Subang. Kepiting bakau ditangkap di tambak tradisional
dan hutan mangrove menggunakan bubu dan pancingan, lalu ditampung selama 2-
3 jam pada drum plastik, karung, dan boks stirofoam, kemudian diangkut secara
kering menggunakan keranjang berukuran 48 × 35,5 × 16,5 cm, selanjutnya
diaklimatisasi dengan metode pencipratan dan perendaman. Kepiting bakau
kemudian dipelihara dalam sistem apartemen selama 30 hari, dan diberi makan
ikan rucah selar kuning sebanyak 2-5 g/ekor secara at satiation satu kali dalam
sehari pada pukul 17.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan sumber benih dari
Kabupaten Bekasi, Tangerang, Subang tidak berpengaruh terhadap kinerja
produksi kepiting soka, yaitu kelangsungan hidup 73,33±5,77%, 70,00±10,00%,
dan 50,00±10,00% dengan produksi kepiting soka antara 6,67-33,33%. Hasil
penjualan kepiting belum mencapai titik impas, kecuali pada kepiting yang berasal
dari Tangerang. Development of mangrove crab cultivation in urban areas (urban
aquaculture) using an apartment system with water recirculation still requires
seeds from natural catch. Seeds from different fishing locations will influence the
survival, growth and productivity of mud crabs in the aquaculture system, related
to the conditions of the crab's native habitat, methods of catching, handling and
transporting the catch. The 90 mangrove crabs measuring 50-120 g were imported
from Bekasi, Tangerang and Subang. Mangrove crabs are caught in traditional
ponds and mangrove forests using traps and fishing rods, then stored for 2-3 hours
in plastic drums, sacks and styrofoam boxes, then transported dry using baskets
measuring 48 × 35.5 × 16.5 cm, then acclimatized by splashing and immersion
methods. Mangrove crabs are then kept in an apartment system for 30 days, and
fed 2-5 g of yellow trevally trash fish/head at satiation once a day at 17.00 WIB.
The results of the research showed that seed sources from Bekasi, Tangerang,
Subang Regencies had no effect on the production performance of soft shell crabs,
namely survival of 73.33 ± 5.77%, 70.00 ± 10.00%, and 50.00 ± 10.00% with soft
shell crab production between 6.67-33.33%. The sales of crabs have not yet
reached the break-even point, except for crabs originating from Tangerang.
Collections
- UT - Aquaculture [2032]