Analisis Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, Bogor
Abstract
Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, sehingga perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan bahan baku yang baik, agar produksi perusahaan menjadi lebih efisien. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui dan menganalisis kondisi PT. BII dalam menerapkan teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku, (2) Membandingkan dan menganalisis teknik penentuan ukuran lot pememesanan dalam pengendalian persediaan bahan baku di PT. BII dengan teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Eqonomic Order Quantity (EOQ) dalam sistem Material Requirement Planning (MRP), serta (3) Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. BII dalam melaksanakan pengendalian persediaan bahan baku beserta upaya-upaya untuk mengatasinya. Penelitian ini dilakukan di PT. BII, Bogor mulai April sampai dengan Juli 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif berupa data pemakaian bahan baku, waktu tunggu dan biaya-biaya persediaan. Data kualitatif berupa gambaran umum perusahaan, jenis dan asal bahan baku, prosedur pembelian, penerimaan dan penyimpanan bahan baku, pengawasan mutu dan kebijakan pengendalian persediaan di PT. BII, Bogor. Data kuantitatif yang telah diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mendapatkan jumlah pemesanan ekonomis dan total biaya persediaan yang ditimbulkan. Setelah itu dilakukan analisis uraian deskriptif dan interpretasi untuk menjelaskan hasil yang didapatkan tersebut dengan memperhitungkan biaya variabel yang bersifat tidak tetap untuk setiap periode, dengan teknik LFL dan teknik EOQ sistem MRP. Berdasarkan analisis perbandingan biaya, didapatkan biaya pemesanan tertinggi pada kedua bahan baku terjadi pada teknik LFL, yaitu Rp 3.186.562,50 pada bahan baku x dan Rp 4.252.500,00 pada bahan baku y. Sedangkan biaya pemesanan terendah pada kedua bahan baku dihasilkan oleh teknik EOQ yang menghasilkan biaya Rp 1.738.125,00 pada bahan baku x dan Rp 1.771.875,00 pada bahan baku y. Biaya penyimpanan bahan baku x terbesar terjadi pada teknik perusahaan, yaitu Rp 134.839,80. Pada bahan baku y, biaya penyimpanan terbesar terjadi pada teknik EOQ, yaitu Rp 164.580,70. Sedangkan biaya penyimpanan terendah untuk kedua bahan baku terjadi pada teknik LFL, yaitu Rp 14.089,80 pada bahan baku x dan Rp 7.900,00 pada bahan baku y. Secara total, teknik LFL menghasilkan biaya persediaan terbesar Rp 3.200.652,30 pada bahan baku x dan Rp 4.260.400,00 pada bahan baku y. Total biaya persediaan terendah untuk kedua bahan baku terjadi pada teknik EOQ, yaitu Rp 1.864.339,80 (13,79 %) pada bahan baku x dan Rp 1.936.455,70 (40,63 %) pada bahan baku y.
Collections
- UT - Management [3354]