Risiko Harga Buah-buahan di Indonesia
Abstract
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko harga buah-buahan, menganalisis fluktuasi harga
buah-buahan, serta menganalisis alternatif strategi dalam mengurangi risiko harga
buah-buahan di Indonesia. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan
Februari sampai Juni tahun 2012. Pemilihan responden sebanyak 5 orang
pedagang secara sengaja. Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data
primer dan data sekunder. Data sekunder berupa data time series harga jual dan
pasokan harian dari komoditas pisang, jeruk, dan mangga sebanyak 1870 data dari
Januari 2007 sampai Februari 2012 yang diperoleh dari Kantor Pasar Induk
Kramat Jati (PIKJ) Jakarta. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan
pedagang buah dan karyawan di Pasar Induk Kramat Jati, serta Kementrian
Pertanian.
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis alternatif solusi yang dilakukan
petani, pedagang, maupun pemerintah untuk mengurangi risiko harga. Analisis
kuantitatif dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko harga pisang, jeruk, dan
mangga dengan menggunakan model ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) - GARCH (Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity) dan perhitungan VaR (Value at Risk).
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko harga buah pisang, jeruk,
maupun mangga secara signifikan adalah harga satu hari sebelumnya dan
pasokan. Hasil pendugaan harga pisang, jeruk, maupun mangga menunjukkan
bahwa harga periode sebelumnya memiliki korelasi positif dan signifikan pada
taraf nyata lima persen dengan harga periode sekarang. Pada pisang memiliki
koefisien harga periode sebelumnya sebesar 0,940, jeruk sebesar 0,975, dan
mangga sebesar 0,977. Korelasi positif ini memiliki arti jika semakin meningkat
harga pada periode sebelumnya maka akan meningkatkan harga pada periode
berikutnya, begitu juga sebaliknya. Sedangkan pasokan pada ketiga jenis buah
memiliki korelasi negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen dengan
harga periode sekarang. Pada pisang memiliki koefisien harga pasokan sebesar -
0,0092, jeruk sebesar -0,0107, dan mangga sebesar -0,0092. Korelasi negatif ini
memiliki arti jika semakin meningkat pasokan sebelumnya maka akan
menurunkan harga pada periode berikutnya, begitu juga sebaliknya.
Model terbaik untuk komoditas pisang, jeruk, dan mangga adalah ARCH
(1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh
volatilitas harga pada satu hari sebelumnya. Pada pisang memiliki koefisien
volatilitas sebesar 0,1029, jeruk sebesar 0,1117, dan mangga sebesar 0,0772.
Model persamaan harga tersebut menunjukkan bahwa volatilitas harga periode
sebelumnya bertanda positif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Semakin
meningkat risiko harga jual periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko
harga jual pada periode berikutnya. Berdasarkan perhitungan VaR dalam persen
diperoleh hasil bahwa risiko harga pisang sebesar 24,75 persen sedangkan risiko
harga jeruk sebesar 21,83 persen dan risiko harga mangga sebesar 19,22 dalam
jangka waktu periode penjualan satu hari. Risiko harga pisang lebih tinggi
dibandingkan risiko harga jeruk dan mangga. Hal ini disebabkan karakteristik dari
komoditas pisang yang merupakan jenis buah-buahan yang dapat lebih cepat
busuk dan mengalami penyusutan sehingga pisang tidak dapat disimpan lebih
lama untuk menunggu harga jual yang lebih tinggi. Semakin lama periode
penjualan setelah panen maka semakin besar risiko yang ditanggung oleh petani.
Strategi yang dapat diterapkan oleh petani buah adalah dengan dengan
menggunakan sistem per kg berat tandan pada komoditas pisang, sehingga dapat
menambah pendapatan petani. Selain itu untuk komoditas jeruk dan mangga
petani dapat menjual buah sebelum panen, sehingga mendapatkan kepastian harga
dari pedagang. Petani maupun pedagang juga dapat bermitra dengan perusahaan
pengolahan ataupun melakukan pengolahan tehadap komoditinya sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah ketika terjadi kelebihan hasil produksi saat panen
raya. Untuk komoditas jeruk diperlukan juga peran pemerintah dalam membatasi
masuknya produk impor jeruk ke Indonesia agar tidak merugikan petani.
Collections
- UT - Agribusiness [4401]