Show simple item record

dc.contributor.advisorNoor, Erliza
dc.contributor.authorAstuti, Melani Dwi
dc.date.accessioned2023-11-06T07:44:33Z
dc.date.available2023-11-06T07:44:33Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130761
dc.description.abstractFenomena hujan asam dewasa ini telah menjadi masalah yang sangat serius dan mengancam kehidupan manusia di belahan dunia mana pun. Penyebab utama terjadinya hujan asam adalah emisi sulfur dioksida. Emisi sulfur dioksida terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pencemaran oleh emisi sulfur dioksida banyak terjadi di area pertambangan, industri, serta lalu lintas. Beberapa upaya penanganan telah dilakukan dan kebanyakan menggunakan cara konvensional, yaitu penyerapan emisi dengan menggunakan sorbent. Cara ini relatif sederhana tetapi memerlukan penanganan lanjutan seperti landfill. Dewasa ini sedang diupayakan penanganan secara biologis sebagai penanganan alternatif dan mendapat tanggapan positif. Prosesnya dikenal dengan istilah biodesulfurisasi. Biodesulfurisasi melibatkan biooksidasi pada kondisi aerob dan bioreduksi pada kondisi anaerob. Dalam biooksidasi digunakan bakteri pengoksidasi sulfur seperti Thiobacillus sp. dan Sulfolobus sp. sebagai akseptor elektron yang mengoksidasi sulfur menjadi sulfat, atau dapat pula digunakan kultur campuran. Penelitian ini menggunakan kultur campuran yang berasal dari sampel tanah pertambangan emas di daerah Pongkor, Jawa Barat yang memiliki karakteristik tertentu. Untuk mengetahui karakteristik kultur yang berasal dari sumber alam tersebut, dilakukan penelitian ini sebagai tahap awal bagi proses biodesulfurisasi pada kondisi aerob. Pada tahap ini akan dikaji mengenai media dan kondisi fisik yang mampu menunjang dan mempengaruhi pertumbuhan kultur. Hal tersebut meliputi pemilihan jenis media, konsentrasi, dan pH, serta pengaruh akumulasi sulfat bagi pertumbuhan kultur. Sejumlah peneliti sebelumnya telah menggunakan beberapa media untuk menumbuhkan bakteri sulfur, seperti media sulfur, media OECD, dan media garam mineral (9K). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha memilih media yang paling dapat mendukung pertumbuhan kultur campuran. Sebelumnya ke tiga media tersebut ditambahkan dengan sulfur elemental sebanyak 1 % (b/v)...dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Technologyid
dc.subject.ddcBiodesulfurisasiid
dc.titlePemilihan media dan kondisi fisik pada Biodesulfurisasi sacara aerobid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordmikroorganisme sulfurid
dc.subject.keywordbakteri sulfurid
dc.subject.keywordsumber karbonid
dc.subject.keywordhabitatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record