Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick, Digitaria decumbens Stent, dan Stenotaphrum secundatum (Walt.) Kuntze di Bawah Naungan Sengon, Karet, dan Kelapa Sawit
View/ Open
Date
2005Author
Kurniawan, Widhi
Abdullah, Luki
Setiana, M. Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Permasalahan utama dalam pola penanaman integrasi adalah kompetisi untuk
mendapatkan cahaya optimal untuk pertumbuhan. Beberapa rumput tropis
mengalami hambatan pertumbuhan apabila tumbuh di areal ternaungi, meskipun
demikian terdapat beberapa spesies yang tahan naungan. Oleh karena itu perlu
dilakukan serangkaian penelitian untuk memperoleh spesies yang cocok untuk
integrasi dengan perkebunan dan kehutanan .Penelitian ini bertujuan mengetahui
produksi dan kualitas rum.put yang ditanam secara integrasi dengan tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan.
Penelitian ini menggunakan tiga spesies rumput tropis, Brachiaria
humidicola, Digitaria decumbens, dan Stenotaphrum secundatum yang ditanam pada
naungan tanaman hutan produksi sengon, perkebunan karet dan kelapa sawit.
Parameter yang diamati adalah produksi segar, bahan kering, serat kasar, protein
kasar dan tillering rate tiap rumput pada tiap naungan. Data yang diperoleh dianalisis
dengan sidik ragam (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan, diuji lanjut
menggunakan LSD (Least Significant Difference).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brachiaria humidicola merupakan
spesies yang mempunyai produksi dan kualitas paling bagus apabila ditanam di areal
ternaungi yang ditunjukkan dengan produksi segar yang relatif tinggi pada tiap
naungan, sedangkan Stenotaphrum secundatum diindikasikan mempunyai persisten
yang tinggi apabila dikembangkan untuk jangka waktu lama, hal ini dibuktikan
dengan tingginya nilai tillering rate yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
dibandingkan dengan spesies lain. Spesies Digitaria decumbens mempunyai
produksi yang rendah, karena spesies ini tidak tahan terhadap naungan.