Pemodelan Ketersediaan Hijauan Pakan Mendukung Wilayah Sumber Bibit Sapi Peranakan Ongole.
Abstract
Pengembangan sapi peranakan ongole (PO) di Kabupaten Gunungkidul
ditentukan oleh penyediaan hijauan pakan ternak yang cukup secara jumlah dan
kualitasnya. Namun ketersediaan hijauan pakan ternak dihadapkan kondisi
daerah/lahan kering yang mempengaruhi produktivitas ternak dan penyediaan
hijauan pakan ternak di lapangan. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan
tujuan mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem penyediaan
hijauan pakan dan membuat model penyediaan hijauan pakan di Kabupaten
Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling pada perwakilan
anggota kelompok. Pendekatan sistem dinamik digunakan untuk merancang model
ketersediaan hijauan pakan ternak dengan memanfaatkan data primer dan data
sekunder sebagai dasar analisis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu potensi dalam pemenuhan
kebutuhan protein hewani di Kabupaten Gunungkidul adalah wilayah yang luas.
Berdasarkan perkembangan populasi ternak ruminansia dari tahun ke tahun, laju
pertambahan populasi sapi potong dari tahun 2014-2020 sebanyak 0,9 % (BPS).
Peningkatan populasi disebabkan besarnya angka tingkat kelahiran (57,51 %),
dengan asumsi pemenuhan kebutuhan hijauan sapi potong dapat terpenuhi
sebanyak 739.860,80 ton bahan kering (BK) hingga tahun 2045.
Hasil analisis menunjukan total produksi hijauan hasil produk limbah
pertanian pada tahun 2014 hingga tahun 2020 mengalami fluktuasi produksi seiring
dengan perubahan produksi hasil utama pertanian. Produksi hasil utama pertanian
seperti padi, jagung kacang tanah, kacang kedelai, ubi jalar dan ubi kayusecara
umum mengalami penurunan. Namun potensi produksi BK hijauan pakan yang
dihasilkan pada tahun 2020 sebanyak 468.943 ton, dapat memenuhi kebutuhan sapi
potong sebanyak 141.567,7 ST (satuan ternak). Kondisi ini masih memungkinkan
untuk menambah populasi sapi potong sebanyak 33.471,7 ST.
Simulasi model ketersediaan hijauan pakan terpenuhi hingga tahun 2024
dan selanjutnya mengalami penurunan hingga tahun 2045 dengan ketersediaan
menjadi -356.867,88 ton. Simulasi model ketersediaan hijauan pakan ini sudah
mengoptimalkan semua potensi lahan pertanian baik lahan sawah (padi), lahan
tanaman jagung, lahan tanaman kacang tanah, lahan tanaman kacang kedelai dan
potensi lahan kosong (kering) di Kabupaten Gunungkidul. Kondisi ini
mengakibatkan perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Gunungkidul
akan mengalami penurunan menjadi 164.727,59 ST pada tahun 2045. Berdasarkan
uji Mean Absolute Percentage Error (MAPE) terhadap data sapi potong pada tahun
2014–2020 untuk ternak sapi potong diperoleh nilai 5,27 % yang menunjukkan
perubahan sebesar 5 % dari simulasi. Berdasarkan penelitian bahwa penyediaan
hijauan pakan sapi potong dipengaruhi oleh produksi biomassa hijauan dari
tanaman pangan, lahan kering serta luasannya pada masing- masing lahan. Simulasi
potensi produksi hijauan di Kabupaten Gunungkidul hanya mampu hingga tahun
2024 dan mengalami penurunan hingga tahun 2045.
Collections
- MT - Animal Science [1157]