Penggunaan dimetilsulfoksida (DMSO) dan gliserol 5, 10, dan 15 persen terhadap kualitas sperma pada kriopreservasi semen ikan batak (Tor soro)
Abstract
Kriopreservasi semen merupakan salah satu cara penyimpanan sperma jangka panjang dengan N2 cair (-196 °C) sebagai cairan pembeku. Untuk melindungi sel spermatozoa selama proses pembekuan, digunakan larutan pelindung (krioprotektan) diantaranya dimetilsulfoksida (DMSO) dan gliserol. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik semen segar ikan batak dan pengaruh dimetisulfoksida dan gliserol sebagai krioprotektan serta menentukan jenis krioprotektan (DMSO atau gliserol) dan konsentrasi (5, 10 dan 15 %) yang terbaik terhadap kualitas sperma ikan batak (Tor soro) sebelum pembekuan dan setelah pencairan.
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua variabel yaitu DMSO dan gliserol, dengan konsentrasi masing-masing 5 %, 10 %, dan 15 %, tiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Keenam perlakuan ditambahkan kuning telur 5 % dan larutan Ringer. Adapun parameter yang diamati adalah motilitas spermatozoa sebelum pembekuan dan motilitas spermatozoa setelah pencairan.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh karakteristik semen segar ikan batak (Tor soro) antara lain volume rataan 3,92 ml, berwarna putih susu dengan konsistensi kental dan pH 7,6 - 7,9. Konsentrasi spermatozoa semen segar yang diperiksa dengan haemocytometer adalah 17,70 x 109 sel/ml. Pada ikan uji ini tidak terlihat adanya gerakan massa dan sperma yang terkena air akan berenang dan bergerak aktif selama kurang lebih 2 menit 15 detik dengan motilitas 76,67 % dan skor progresif antara 4 sampai 5. Berdasarkan pewarnaan dengan eosin 2 % dapat diketahui bahwa sperma yang hidup sebesar 89,5 %, yang ditandai dengan kepala sperma yang berwarna putih.
Pemeriksaan motilitas sebelum pembekuan dilakukan setelah sperma dicampur dengan krioprotektan. Ternyata dari keenam perlakuan, penyimpanan sampai 4 jam pada straw 0,25 ml tidak terjadi penurunan motilitas yang berarti dari motilitas semen segarnya. Pada perlakuan DMSO 10% didapatkan rataan motilitas tertinggi sebesar 83,33%. Namun demikian, rataan prosentase antar perlakuan sebelum pembekuan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa dimetilsulfoksida dan gliserol yang diberi kuning telur sama-sama melindungi sperma secara sempurna dari kejutan dingin (cold shock) dan tidak bersifat toksik walaupun secara empiris, dapat dilihat bahwa dimetilsulfoksida memberikan hasil yang sedikit lebih baik dari gliserol.
Pada pemeriksaan motilitas setelah pencairan ditemukan bahwa pada keenam perlakuan terjadi penurunan motilitas. Penurunan yang paling drastis terjadi pada penggunaan gliserol 5% dan 15% sebesar 45%...
Collections
- UT - Aquaculture [1988]