Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat
Abstract
Pertanian di Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,7 persen (Badan Pusat Statistik, 2008). Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 4,6 persen. Trend permintaan produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, terutama sayuran dataran tinggi. Dalam hal ini, upaya untuk meningkatkan kontinuitas produksi sayuran dapat dilakukan dengan mensinergiskan rantai pasoknya. Penelitian ini bertujuan (1) Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi, (2) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih, (3) Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih, (4) Memberikan alternatif sistem rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi yang dapat diterapkan di Jawa Barat. Data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi di lapangan, kuesioner, serta opini pakar. Data sekunder diperoleh dari internet, dokumen petani, koperasi dan bandar. Metode analisis data yang digunakan adalah metode perbandingan eksponensial (MPE), analisis deskriptif dan metode hayami. Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh tiga jenis sayuran unggulan yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33) dan brokoli (8.272). Paprika memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun ekspor. Berdasarkan hal tersebut, maka paprika dipilih menjadi objek penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasir Langu merupakan sentra paprika terbesar di Indonesia dengan luas area produksi 24 hektar. Anggota rantai pasokan paprika adalah petani, pengumpul, pedagang, pemasok supermarket, hotel dan restauran serta eksportir. Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder dan kemitraan. Pasar paprika yaitu pasar domestik (kota-kota besar di Indonesia) dan pasar luar negeri (Singapura). Stakeholder yang terlibat terdiri dari pemasok bibit dan sarana produksi, petani, pengumpul, packaging house, eksportir dan retailer. Sedangkan kemitraan yang terbangun adalah berupa kelompok tani dan mitra beli antara pengumpul dengan eksportir. Analisis nilai tambah dilakukan terhadap petani, bandar paprika dan koperasi. Hasil penghitungan menyatakan bahwa petani anggota koperasi memperoleh nilai tambah lebih besar yaitu 42 persen dibandingkan dengan petani non anggota koperasi yaitu 31 persen. Koperasi memperoleh nilai tambah jauh lebih kecil yaitu 5,3 persen dibandingkan dengan bandar paprika yaitu 24 persen. Sistem rantai pasokan paprika yang dapat dibangun adalah dengan mensinergiskan antara rantai pasokan primer dan rantai pasokan sekunder. Rantai pasokan primer terdiri dari petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasokan sekunder terdiri dari pemasok input (nutrisi, benih, media tanam dan pestisida), pemerintah, Balai Penelitian Sayuran, Perbankan, perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi.
Collections
- UT - Management [3442]