Produksi Terpenoid dan Profil Metabolit Adenostemma platyphyllum pada Berbagai Konsentrasi Larutan Hara Hidroponik Sistem Sumbu
View/ Open
Date
2023-08-18Author
Tamsin, Aqlia Hanna N
Batubara, Irmanida
Trivadila
Aziz, Sandra Arifin
Metadata
Show full item recordAbstract
Adenostemma merupakan salah satu tumbuhan yang tergabung ke dalam famili
Asteraceae. Lebih dari 30 spesies Adenostemma ditemukan di beberapa daerah, seperti
Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan beberapa daerah kepulauan lain termasuk
Indonesia, Salah satu spesiesnya adalah Adenostemma platyphyllum. Meskipun
demikian, belum banyak penelitian terkait budidaya dari A. platyphyllum serta
pengaruhnya terhadap kandungan senyawa metabolitnya. Umumnya Adenostemma
tumbuh secara liar pada tempat yang lembap dan ternaungi terutama pada musim
hujan. Tidak jarang pula tumbuhan ini dianggap sebagai gulma atau tumbuhan
penganggu. Secara tradisional, tumbuhan genus Adenostemma digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit, seperti gangguan pernafasan, demam, gangguan
tenggorokan, dan lain-lain. Tentunya manfaat tersebut dipengaruhi oleh senyawa
metabolit sekunder, salah satunya adalah golongan terpenoid. Asam kaurenoat
merupakan golongan diterpenoid yang ditemukan terkandung dalam Adenostemma.
Senyawa tersebut bertanggung jawab atas berbagai macam aktivitas biologis, seperti
antioksidan.
Komposisi maupun kandungan senyawa kimia pada suatu tanaman dipengaruhi
oleh banyak hal, salah satunya adalah metode budidaya. Metode budidaya yang sesuai
dengan karakteristik tanaman serta ketersediaan nutrisi khususnya larutan AB-mix
yang cukup pada budidaya hidroponik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
maupun produksi senyawa metabolit pada tanaman. Metode budidaya hidroponik
dipilih karena tanaman A. platyphyllum cenderung menyukai lingkungan berair,
sehingga metode ini diduga sesuai dengan karakteristik dari Adenostemma. Pada
penelitian ini akan diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh konsentrasi larutan hara ABmix yang berbeda terhadap pertumbuhan, produksi senyawa metabolit, kapasitas
antioksidan, maupun profil metabolit dari A. platyphyllum.
Pertumbuhan tanaman diamati selama masa budidaya hingga berumur 6 minggu
di kebun percobaan Rumah Kaca Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB University. Sampel A. platyphyllum kemudian diekstraksi maserasi
menggunakan pelarut metanol. Filtrat hasil ekstraksi akan digunakan untuk penentuan
kandungan terpenoid total, kandungan asam kaurenoat total menggunakan KCKT,
kapasitas antioksidan, pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis, dan
pemprofilan menggunakan instrumen LC-MS/MS. Data kemudian akan dianalisis
sidik ragam dan uji DMRT (Duncan's Multiple Range Test). Pendugaan senyawa hasil
analisis LC-MS/MS dilakukan dengan bantuan database online.
Pertumbuhan tanaman A. platyphyllum dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi
larutan hara. Tanaman tanpa pemberian larutan AB-mix menghasilkan nilai luas daun,
laju tumbuh relatif, dan kadar klorofil yang lebih rendah dibandingkan keempat
perlakuan lain. Di lain sisi, perlakuan 1300 mg/L menghasilkan pertumbuhan terbaik
meskipun tidak ada perbedaan yang nyata dengan perlakuan konsentrasi 700, 900,
maupun 1100 mg/L.
Kandungan total dan produktivitas terpenoid, profil pemisahan komponen
menggunakan kromatografi lapis tipis, konsentrasi dan produktivitas asam kaurenoat,
serta profil senyawa metabolit sekunder menggunakan LC-MS/MS dipengaruhi oleh
perbedaan konsentrasi larutan hara. Penambahan larutan AB-mix nyata menghasilkan
kandungan total khususnya perlakuan 1300 mg/L, yaitu berturut-turut sebesar 9,65
mmol NE/g daun kering. Sedangkan produktivitas terpenoid tertinggi ditemukan pada
tanaman dengan konsentrasi 900 mg/L, yaitu sebesar 24,38 mmol NE/tanaman. Hasil
pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan pemberian larutan
AB-mix menghasilkan pita dengan ketebalan dan intensitas yang tinggi dibandingkan
perlakuan 0 mg/L. Selain itu konsentrasi asam kaurenoat 11αOH-KA dan
produktivitasnya ditemukan dalam jumlah yang tinggi pada perlakuan 1300 mg/L,
meskipun tidak berbeda nyata dengan 700, 900, dan 1100 mg/L.
Di sisi lain, kapasitas antioksidan A. platyphyllum tertinggi ditemukan pada
tanaman tanpa pemberian larutan hara dan nyata lebih tinggi di antara perlakuan lain.
Hasil temuan ini berbanding terbalik dengan kandungan terpenoid total yang
terkandung di dalam sampel sehingga diduga kemampuan antioksidan berasal dari
golongan senyawa lain, seperti fenolik dan flavonoid. Pemprofilan senyawa metabolit
menggunakan instrumen LC-MS/MS menggambarkan tanaman tanpa pemberian
larutan hara mengandung senyawa metabolit dengan intensitas yang nyata lebih
rendah dibandingkan perlakuan lain. Hasil analisis melaporkan bahwa A. platyphyllum
didominasi oleh senyawa fenolik, asam lemak, dan juga sebagian besar oleh terpenoid.
Senyawa asam kaurenoat 11αOH-KA dan 11α,15OH-KA berhasil diidentifikasi pada
seluruh sampel tanaman A. platyphyllum dengan intensitas yang berbeda-beda.