Lebah Tidak Bersengat (Apidae: Meliponini) di Cagar alam Pegunungan Cycloop Kabupaten Jayapura, Papua
View/ Open
Date
2023-08-10Author
Jesajas, David
Juliandi, Berry
Atmowidi, Tri
Kahono, Sih
Metadata
Show full item recordAbstract
Lebah tidak bersengat (stingless bees) termasuk dalam famili Apidae, tribe
Meliponini dan merupakan kelompok lebah kosmopolitan di area tropis dan sub
tropis. Distribusi wilayah lebah tanpa sengat meliputi wilayah Neotropikal, wilayah
Paleotropikal atau Afrotropikal, dan wilayah Australasian dan lebah ini memiliki
keanekaragaman spesies tertinggi diantara spesies lebah lainya.
Umumnya, lebah tidak bersengat berukuran kecil hingga sedang dengan sengat
yang vestigial (tidak berfungsi), hidup berkoloni (sosial) dengan mengumpulkan
polen. Beberapa spesies diantaranya menggunakan gigitan serta mengeroyok untuk
bertahan dari bahaya. Sarang lebah ini dapat ditemukan di bawah permukaan tanah,
lubang-lubang pohon, rongga kayu, pohon bambu yang berlubang serta pada celah
dinding tembok rumah. Setiap spesies lebah tanpa sengat memiliki kecenderungan
memilih menempati rongga tertentu tergantung spesies dan tipe lingkungannya.
Indonesia sebagai bagian dari ecoregion Indo-malayan, Wallacea, dan Indo-australian,
tercatat memiliki 46 spesies lebah tidak bersengat dari 10 genus dan 9 subgenus yang
tersebar.
Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC) yang berada di wilayah
Jayapura Provinsi Papua, merupakan kawasan hutan tropis dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi khas kawasan Indo-Australian dengan fungsi ekologis yang
penting bagi kehidupan manusia. Pengelolaan kawasan CAPC melalui konservasi
merupakan bagian integral pembangunan wilayah. Pengembangan manfaat ekonomi
harus dibarengi dengan pemantapan keutuhan kawasan konservasi. Namun demikian,
pada saat ini, kedua hal tersebut sulit di jalankan mengingat apa yang terjadi di
lapangan justru sebaliknya. Terdapat fenomena yang menarik dengan persepsi yang
positif yang tidak dibarengi dengan perilaku yang positif, dengan masih terdapatnya
sebagian masyarakat yang melakukan berbagai kegiatan ilegal. Aktivitas ekonomi di
dalam kawasan CAPC dilakukan oleh masyarakat dan telah berlangsung lama.
Perambahan kawasan hutan disebabkan oleh faktor kebutuhan atau sosial ekonomi
masyarakat, bukan faktor fisik lahan. Berdasarkan faktor tersebut, dapat
mempengaruhi jumlah populasi fauna di kawasan tersebut, termasuk populasi lebah
tanpa sengat
Keanekaragaman, struktur dan arsitektur sarang lebah idak bersengat yang ada
di dalam kawasan hutan tersebut belum diketahui. Demikian pula manfaat dari lebah
tidak bersengat belum diketahui oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan,
sehingga lebah ini belum diberdayakan. Masyarakat memerlukan pengetahuan
tentang keanekaragaman lebah tanpa sengat dan produk yang dihasilkan lebah
terutama madu dan propolis, serta cara membudidayakannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Perlu dilakukan penelitian awal tentang keanekaragaman,
tempat bersarang, morfometri tubuh, dan arsitektur sarang lebah tidak bersengat
(Apidae: Meliponini) di Cagar Alam Pegunungan Cycloop Kabupaten Jayapura
Provinsi Papua. Penelitian ini sebagai penelitian awal tentang lebah tidak bersengat di
kawasan tersebut untuk pengembangan yang berkelanjutan.
Dalam penelitian ini ditemukan dua jenis lebah tidak bersengat, yaitu
Tetragonula sapiens (Cockerell 1911) dan Heterotrigona (Platytrigona) planifrons
(Smith 1865). Studi saat ini menunjukkan catatan distribusi baru untuk T. sapiens dan
H. (P.) planifron di Cagar Alam Pegunungan Cycloop , Kabupaten Jayapura, Papua,
Indonesia.
Data morfometrik lebah tidak bersengat antar dua spesies menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan dari 17 karakter morfometrik (P < 0.05) dan
memperlihatkan pemisahan kelompok pada Non-metric Multidimentional Scaling
(NMDS).
Arsitektur sarang T. sapiens lebih beragam dibandingkan H. (P.) planifrons.
Tipe lubang sarang T. sapiens yaitu melebar horisontal, elips, oval, ring atau bulat,
tidak beraturan dan memanjang vertikal sedangkan pada spesies H. (P.) planifrons
hanya memiliki satu tipe lubang sarang yaitu memanjang vertikal. Tetragonula
sapiens memiliki tipe susunan sel pengeraman vertical cluster, horizontal cluster dan
semi cluster sedangkan H. (P.) planifrons memiliki susunan sel pengeraman vertical
comb berlapis. Substrat tempat bersarang T. sapiens didominasi pada substrat berbatu
sedangkan H. (P.) planifrons dengan substrat pohon kelapa