Rancangan dan Uji Kinerja Alat Distilasi Etanol dengan Metode Rektifikasi
Abstract
Pemanfaatan energi alternatif sedang digalakkan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), dimana salah satunya adalah pemanfaatan bioetanol. Bioetanol dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar bensin. Dalam pengembangan industri bioetanol, 50% lebih biaya produksi terdapat pada proses pemurnian sehingga bagian pemurnian sangat penting dalam proses produksi bioetanol. Distilator merupakan alat pemurnian campuran etanol-air menjadi komponen-komponennya. Metode dalam pemisahan terdiri dari dua jenis yaitu distilasi sitem batch dan distilasi sistem kontinyu. Perbedaan kedua metode ini adalah pada sistem pengumpanan bahan yang akan didistilasi serta kapasitas produksi. Penelitian ini bertujuan merancang alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi dan menguji kinerja alat pada beberapa metode pengoperasian dan konsentrasi awal etanol. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai November 2008 di Laboratorium Metanium Leuwikopo dan laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Tahap penelitian dibagi dalam dua yaitu rancang bangun dan pengujian alat distilasi etanol. Prosedur perancangan meliputi : identifikasi masalah, analisis perancangan, pembuatan alat, uji kinerja dan analisis data. Uji kinerja alat distilasi dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi alat dengan menggunakan tiga metode yaitu metode sistem batch tanpa refluks (BTR), metode batch dengan refluks (BR) dan metode kontinyu dengan refluks (KR). Sampel etanol yang digunakan yaitu etanol dengan konsentrasi 10% dan 30%. Hasil perancangan alat distilasi terdiri dari enam bagian utama, yaitu steam boiler, bottom column, kolom tray, feed tank, kondensor, dan pipa penampung distilat yang dilengkapi dengan pembagi distilat. Tabung steam boiler dirancang dengan ukuran diameter 15.24 cm dan tinggi 22 cm. Bagian atas dibentuk merucut kemudian disambung dengan pipa cabang tiga yang berfungsi sebagai tempat pemasukan air dan pipa penyaluran uap panas ke pipa spiral di dalam kolom bawah. Bagian pipa penyalur uap panas diberi katup untuk mengatur besar-kecilnya pengeluaran uap dari steam. Kolom bawah dirancang dari bahan stainless steel dengan diameter 15.24 cm, tebal 0.5 cm dan tinggi 26 cm. Didalam kolom bawah terdapat pipa tembaga yang berbentuk spiral dan plate berlubang. Pipa spiral terbuat dari bahan tembaga dengan panjang 3 m, diameter luar 6.5 cm dan tebal 1 cm. Kolom tray berfungsi sebagai unit pemisahan dengan sistem bertingkat. Kolom yang berisi tumpukan tray terdiri dari seksi enriching atau rectifying dan seksi stripping. Tray atau plate terbuat dari steinless steel dengan diameter 7.4 cm dengan satu lubang besar dan beberapa lubang kecil. Tray dalam kolom ini berjumlah 10 buah dengan jarak tiap tray adalah 10 cm. Bagian kolom sendiri dirancang dari bahan steanless steel dengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.1 cm, dan tinggi 100 cm. Tangki pemasukan berfungsi untuk memasukkan bahan umpan yang akan didistilasi. Bahan tangki pemasukan terbuat dari gelas ukur berskala dua liter. Kondensor dirancang dari bahan stainless steel dengan ukuran diameter 5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam terdiri dari empat pipa kecil dengan ukuran diameter 0.5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam kondensor terdiri dari 4 pipa bertujuan untuk memperluas kontak uap etanol dengan air sehingga proses kondensasi dapat berlangsung sempurna. Hasil distilasi ditampung dalam pipa penampung distilat yang dirancang dari pipa stainless steel dengan diameter 5 cm dan panjang 10 cm. Pada pipa penampung ini dibuat dua percabangan yang berfungsi sebagai pembagi hasil. Percabangan pertama berfungsi sebagai saluran refluks sedangkan percabangan lainnya sebagai hasil atas distilasi. Perubahan suhu steam (Ts) terhadap waktu pada ketiga metode adalah konstan setelah katup dibuka, sedangkan perubahan suhu kondensat steam (Tsc) cenderung fluktuatif tetapi pada akhir pengujian menjadi konstan ketika seluruh uap steam yang keluar berupa uap panas. Perubahan suhu kolom bawah (Tb) cenderung meningkat pada metode batch dengan semakin menurunnya konsentrasi dalam kolom bawah sedangkan metode kontinyu suhu Tb konstan. Perubahan suhu di menara kolom tray (Tm) pada metode bacth menurun pada akhir pengujian karena etanol dalam sampel telah habis, sedangkan pada metode kontinyu suhu Tm konstan. Suhu air yang keluar dari kondensor (Tco) lebih besar dari pada suhu air yang masuk ke dalam kondensor (Tci) karena adanya pindah panas dari uap etanol ke air sehingga terjadi kondensasi. Pengujian dengan metode refluks menghasilkan distilat dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi tanpa refluks yaitu pada metode KR.10 sebesar 94.84% dan metode BR.30 sebesar 97.6%. Kebutuhan energi untuk pemurnian etanol pada ketiga metode dengan menggunakan sampel etanol 10% dan 30% berbeda-beda. Pemurnian etanol dengan metode pertama yaitu BTR.10 dan BTR.30 membutuhkan energi sebesar 2043.509 kJ dan 2417.206 kJ untuk memurnikan satu liter etanol. Metode kedua yaitu BR.10 dan BR.30 membutuhkan energi sebesar 2307.406 kJ dan 5186.549 kJ. Sedangkan metode KR.10 dan KR.30 membutuhkan energi sebesar 7532.46 kJ dan 6956.37 kJ. Metode BR membutuhkan energi yang besar dibandingkan dengan metode BTR. Metode BR membutuhkan waktu 180 menit dan 450 menit, sedangkan metode BTR membutuhkan waktu 135 menit dan 165 menit. Energi yang terpakai per ml volume etanol setara etanol murni pada metode BTR.10, BR.10, dan KR.10 masing-masing adalah 48.96 kJ/ml, 106.33 kJ/ml, dan 37.29 kJ/ml, sedangkan pengujian dengan metode BTR.30, BR.30, dan KR.30 masing-masing adalah 16.91 kJ/ml, 23.21 kJ/ml, dan 21.18 kJ/ml.