Uji Kinerja Alat Kepras Tebu Tipe Piringan Berputar (Kepras Pintar) Prototipe-2
Abstract
Sejak tahun 1823, Indonesia menjadi salah satu eksportir gula utama dunia. Ekspor gula Indonesia terbesar terjadi pada tahun 1929 dengan kemampuan ekspor mencapai volume 2.4 juta ton. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, Industri gula Indonesia semakin terpuruk bahkan tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2000 tidak kurang dari 1.5 juta ton gula yang mesti diimpor setiap tahunnya untuk mencukupi kebutuhan gula dalam negeri. Usaha untuk mencukupi kebutuhan gula nasional dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas tebu keprasan. Proporsi areal tanaman tebu kepras meningkat dari 31% pada tahun 1979 menjadi 67,9% pada tahun 1996 (Rosadi et al, 2004). Tanaman keprasan adalah tanaman tebu yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah setelah tebu ditebang dan dikepras. Pengeprasan tebu merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul tebu setelah penebangan yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan (Koswara, 1989). Lisyanto (2007) mengemukakan bahwa masalah yang timbul berkaitan dengan pengeprasan manual adalah masalah ketersediaan tenaga kerja untuk pengelolaan lahan tebu yang semakin sedikit dari tahun ke tahun. Persoalan lain yang dihadapi dalam pengeprasan manual adalah rendahnya keseragaman atau kualitas hasil pengeprasan. Untuk meningkatkan efisiensi kegiatan kepras tebu maka diperlukan suatu alat kepras tebu yang dapat memberikan hasil keprasan yang lebih baik dan efisien. Pada penelitian Saputro (2007) telah dikembangkan suatu alat mekanis untuk membantu kegiatan kepras tebu ini. Pengujian fungsional alat kepras telah dilakukan oleh Feri (2008). Pengujian dilakukan di Laboratorium Lapangan Leuwikopo IPB, Dramaga. Hasil pengujian yang didapatkan menunjukkan bahwa torsi pemotongan rata-rata terbesar 15.69 Nm terjadi pada pengeprasan rumpun tebu >6 tunggul dengan posisi pisau masuk ke tanah pada putaran piringan 1000 rpm. Namun demikian, penelitian uji kinerja di kebun tebu belum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja alat kepras tebu tipe piringan berputar (kepras PINTAR) pada pengujian lapang di lahan tebu PG Jatitujuh, Majalengka. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi lahan tebu yang akan dikepras dan untuk mengamati perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tebu setelah dikepras Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2008 di lahan PG Jatitujuh, Majalengka. Lahan yang diuji merupakan lahan keprasan ratoon I. Pelaksanaan penelitian terbagi dalam empat tahap yaitu persiapan instrumen/alat dan bahan yang diuji, pengukuran kondisi lahan dan pengujian prototipe alat kepras tebu, analisis data, dan pengamatan hasil keprasan selama 6 minggu. Alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah prototipe-2 alat kepras tebu tipe piringan berputar, sensor strain gages, slip ring, bridge box, handy strain meter, kamera digital, traktor 4 roda, tanaman tebu varietas PSJT xiv 941, dan juga alat-alat bantu pengukuran di lapang seperti: tachometer digital, multimeter digital, stop watch, tool kit, solder, dan relief meter. Alat kepras tebu tipe piringan berputar prototipe-2 merupakan pengembangan dari alat kepras prototipe-1. Prototipe ini mempunyai piringan pemotong berupa scalloped disc (piringan bercoak) yang digerakkan oleh tenaga putar dari PTO traktor yang ditransmisikan melalui gearbox. Gearbox yang dipakai mempunyai rasio 1:1 dan kecepatan putar piringan 540 rpm. Pada pengujian di Jatitujuh, alat kepras tipe piringan berputar bekerja pada kedalaman rata-rata pengeprasan 8.2 cm dengan kedalaman minimum 5 cm dan kedalaman maksimum 12.7 cm. Lebar pemotongan aktual antara 17 cm sampai 26 cm dengan rata-rata 21.7 cm, namun dengan lebar pemotongan tersebut masih banyak tebu yang tidak terkepras karena posisi rumpun tebu yang melebar tidak berada pada daerah pemotongan alat. Kapasitas lapang teoritis pengeprasan pada lahan tebu dengan PKP 135 cm adalah 0.116 Ha/jam dengan kecepatan maju pengeprasan 0.238 m/s. Torsi pemotongan pada kecepatan putar piringan pemotong 540 rpm berkisar antara 11.56 Nm sampai 32.35 Nm dengan rata-rata 20.60 Nm. Besarnya torsi pemotongan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kedalaman pengeprasan, banyaknya jumlah tunggul yang dikepras, dan kondisi tanah. Jumlah tunggul rata-rata tebu yang dikepras yaitu 2 tunggul. Bentuk keprasan alat kepras tipe piringan berputar adalah keprasan U atau miring. Pengamatan pertumbuhan tebu hasil keprasan menunjukkan bahwa banyaknya jumlah anakan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tunggul yang dikepras dan kualitas hasil keprasan. Semakin banyak tunggul yang dikepras maka jumlah anakan akan lebih banyak. Hasil keprasan yang bagus dan tidak pecah menghasilkan anakan lebih baik dari hasil keprasan yang pecah.