Performa dan Kandungan Nutrisi Maggot yang Diberi Pakan dengan Rasio Protein Karbohidrat Berbeda
Date
2023-06-07Author
Dafri, Isnaini
Nahrowi, Nahrowi
Jayanegara, Anuraga
Metadata
Show full item recordAbstract
Sumber protein hewani alternatif diperlukan yang memiliki kandungan nutrisi hampir sama dengan sumber protein saat ini, tidak bersaing dengan makanan manusia, dapat tumbuh dengan cepat, dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu alternatif tersebut adalah maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF). Namun, saat ini tidak ada persyaratan standar untuk kebutuhan maggot tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi performa dan kandungan nutrisi tepung maggot dengan memberikan pakan rasio protein-karbohidrat tinggi, sedang, dan rendah. Sebanyak 108 gram maggot umur enam hari dibagi menjadi 18 kelompok dan diberikan salah satu dari tiga perlakuan pakan selama sembilan hari yaitu: P1 = pakan dengan rasio protein-karbohidrat tinggi (23:67), P2 = pakan dengan rasio protein-karbohidrat sedang (18:68), dan P3 = pakan dengan rasio protein-karbohidrat rendah (11:78). Pakan diberikan sekali sehari, 2,25 kg per pemberian selama periode pemeliharaan. Parameter yang diukur adalah konsumsi, berat badan akhir, rasio konversi pakan (FCR), dan hubungan antara kandungan nutrisi pakan dan maggot. Data dari desain acak lengkap dianalisis untuk varian dan jika terdapat perbedaan yang signifikan, kemudian diuji menggunakan uji Duncan, serta analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan protein kasar (PK) pada pakan, semakin tinggi pula kandungan protein tepung maggot, dan sebaliknya, semakin rendah kandungan lemak. Namun, kandungan nutrisi lainnya tidak memiliki efek yang signifikan. Konsumsi, berat akhir, dan FCR maggot yang diberi pakan P1 dan P2 signifikan lebih tinggi dibandingkan yang diberi pakan P3. Terdapat korelasi yang kuat antara kandungan protein kasar (PK) pada pakan dan PK pada tepung maggot, dengan nilai R2 sebesar 0,934. Korelasi juga ditemukan antara PK pada pakan dan FCR dengan nilai R2 sebesar 0,896, serta antara kandungan lemak kasar pada pakan dan lemak kasar pada tepung maggot, dengan nilai R2 sebesar 0,774. Pemberian pakan dengan kandungan PK sebesar 33,88% menghasilkan maggot dengan kandungan PK tertinggi sebesar 54,79%. Sementara itu, pemberian pakan dengan kandungan PK sebesar 21,16% menghasilkan FCR terbaik sebesar 3,04. Kandungan lemak kasar tertinggi pada maggot dihasilkan oleh pakan yang mengandung lemak kasar sebesar 5,58%. Hasil analisis asam amino esensial menunjukkan bahwa hanya lisina, methionina, fenilalanina, dan leusina menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05) antar perlakuan. Skor kimia dan IAAE MBM lebih tinggi dibandingkan dengan maggot yang dihasilkan dari perlakuan. Kesimpulan penelitian ini adalah rasio protein terhadap karbohidrat yang tinggi dapat menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi dan performa terbaik dalam hal kandungan protein kasar dan nilai FCR. Kebutuhan nutrisi optimal pada maggot usia 15 hari dapat dicapai dengan pemberian pakan kandungan PK sebesar 21,16%, yang menghasilkan performa terbaik dengan FCR sebesar 3,04. Alternative animal protein sources are needed that have similar nutritional content to current sources, do not compete with human food, can grow quickly, and have potential for development. One such alternative is the Black Soldier Fly (BSF) larva or maggot. However, there are currently no standard requirements for the needs of these maggots. This study aims to evaluate the performance and nutritional content of maggot flour by providing high, medium, and low protein-carbohydrate ratio feeds. A total of 108 gr six-day-old maggots were divided into 18 groups and given one of three feed treatments for nine days: P1 = high protein-carbohydrate ratio feed (23:67), P2 = medium protein-carbohydrate ratio feed (18:68), and P3 = low protein-carbohydrate ratio feed (11:78). The feed was given once a day, 2.25 kg per feeding during the maintenance period. The measured parameters were consumption, final weight, feed conversion ratio (FCR), and the relationship between feed and maggot nutritional content. Data from a complete randomized design were analyzed for variance, and if there were significant differences, they were tested using Duncan's test, as well as correlation and regression analysis. The results showed that the higher the crude protein (CP) content in the feed, the higher the protein content of the maggot meal, and conversely, the lower the fat content. However, other nutritional content did not have a significant effect. The consumption, final weight, and FCR of maggots given P1 and P2 feed were significantly higher than those given P3 feed. There was a strong correlation between CP content in the feed and CP in maggot meal, with an R2 value of 0,934. Correlation was also found between CP in feed and FCR with an R2 value of 0,896, as well as between crude fat content in feed and crude fat in maggot meal, with an R2 value of 0,774. Feeding a feed with a CP content of 33.88% resulted in maggots with the highest CP content of 54,79%. Meanwhile, feeding a feed with a CP content of 21,16% resulted in the best FCR of 3,04. The highest crude fat content in maggots was produced by feeding with a crude fat content of 5,58%. The results of the essential amino acid analysis showed that only lysine, methionine, phenylalanine, and leucine showed significant differences (P <0,05) among treatments. The chemical score and IAAE MBM were higher than the maggot produced from the treatment. The conclusion of this study is that a high protein to carbohydrate ratio can produce the highest crude protein content and best performance in terms of crude protein content and FCR. Optimal nutritional requirements for 15-day-old maggots can be achieved by feeding with a CP content of 21.16%, resulting in the best performance with an FCR of 3,04.
Collections
- MT - Animal Science [1205]