Produksi Silikon Dioksida dan Silikon Berbahan Baku Daun Bambu serta Analisisnya Menggunakan Energy Dispersive XRay dan Fourier Transform Infra Red
Abstract
Bambu merupakan material komposit terdiri dari serat selulosa yang
tertanam di dalam matriks lignin. Tanaman bambu banyak tersebar di kebanyakan
negara-negara tropis di mana tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga
lereng pegunungan pada ketinggian 3000 m dpl. Indonesia memiliki 143 jenis
bambu yang beraneka ragam yang disebabkan oleh perbedaan iklim, tanah dan
topografi. Tanaman bambu memiliki penyebaran yang lebih banyak di pulau Jawa
yaitu mencapai 29.14 juta rumpun atau sekitar 76.83 % dari total populasi bambu
Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 8.79 juta rumpun (23.17 %) berada di luar
Jawa. Daun bambu merupakan limbah agro di mana pada umumnya ketika batang
bambu dimanfaatkan, maka daun bambu yang dihasilkan dalam jumlah besar
hanya dibiarkan menjadi limbah dengan cara pembakaran. Ditambah dengan data
di atas dan dengan konsep zero waste, maka daun bambu khususnya abu daun
bambu merupakan sumber potensial untuk menghasilkan silikon dioksida (silika)
yang memiliki rumus kimia SiO2. Silika dari bahan organik ini kemudian disebut
sebagai bio-silika. Kandungan abu daun bambu atau bamboo leaf ash (BLA) dari
daun bambu sebesar 20 % dengan kandungan silika sebesar 75.90 - 82.86% di
mana kandungan silika abu daun bambu ini merupakan yang terbesar kedua
setelah abu sekam padi yaitu sebesar 93.20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kelajuan suhu
pemanasan, pencucian dengan asam dan perbandingan Mg/Silika terhadap
karakteristik silika dan silikon asal daun bambu khususnya tingkat kemurnian
silika dan silikon dan pita serapan gugus molekul pada silika dan silikon serta
konstanta pegas pada ikatan molekul.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu pengabuan daun bambu,
produksi silika dari abu daun bambu, dan produksi silikon dengan mereduksikan
silika asal abu daun bambu dengan magnesium. Pengabuan daun bambu terdiri
dari dua tahapan, yaitu pembuatan arang daun bambu dengan cara membakar
2000 g daun bambu yang telah kering di ruangan terbuka yang menghasilkan
arang daun bambu sebesar 500 g dan pengabuan arang daun bambu yang mengacu
atau mengadopsi pada beberapa penelitian mengenai proses pengabuan dari sekam
padi, di mana arang yang telah ditimbang sebanyak 40 g dimasukkan ke dalam
cawan porselin kemudian dibakar dalam tanur yang masih bersuhu kamar yaitu
sekitar 27 oC dengan laju kenaikan suhu 0.3, 0.4, dan 0.5 oC/menit dinaikkan
hingga suhu 400 oC dengan waktu penahanan 2 jam kemudian dinaikkan kembali
hingga suhu 950 oC dengan waktu penahanan selama 1 jam dan terakhir
diturunkan ke suhu kamar kembali. Proses ini menghasilkan abu daun bambu
sebesar 28.96 – 29.83 g dari arang yang ditimbang atau dengan persentase susut
massa sebesar 25.42 – 27.60 %. Dengan kata lain, rendemen abu yang dihasilkan
terhadap daun bambu keringnya adalah sebesar 18.10 – 18.64%.
Pada proses produksi silika, abu yang dihasilkan kemudian dicuci dengan
menggunakan asam klorida (HCl) 3 % teknis. Proses pencucian yang dilakukan
yaitu pada awalnya abu dimasukkan dalam gelas piala, lalu dicampur dengan
asam klorida (HCl) 3 % teknis (yaitu 12 mL HCl 3% teknis untuk 1 g abu daun
bambu), kemudian dipanaskan di atas hotplate (tombol pengatur suhu pada
hotplate diatur sehingga menunjukkan skala suhu 200 oC dan diaduk dengan
magnet stirrer pada kecepatan 240 rpm selama 2 jam. Sampel lalu dicuci
menggunakan akuades panas berulang-ulang sampai bebas asam (diuji dengan
menggunakan kertas lakmus), lalu disaring dengan kertas saring bebas abu. Hasil
penyaringan kemudian dipanaskan dalam tanur dengan suhu 1000 oC dengan
kenaikan laju 0.3, 0.4, dan 0.5 oC/menit sampai silika putih yang tersisa. Sampel
didinginkan dalam tanur diusahakan suhunya sama dengan suhu ruangan. Sampel
yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan menggunakan EDX dan FTIR.
Rendemen silika yang dihasilkan terhadap daun bambu kering adalah sekitar
14.19%.
Proses terakhir yaitu produksi silikon dilakukan dengan mereduksikan silika
asal abu daun bambu dan magnesium. Bubuk silika kemudian diayak
menggunakan ayakan berukuran 150 μm atau 100 mesh, kemudian sampel silika
dicampur dengan magnesium bubuk dan diaduk rata dengan perbandingan
Mg:SiO2 sebesar 49:60 dan 51:60, lalu dibakar dalam tanur hingga mencapai suhu
650 oC yang ditahan selama 1 jam dengan laju kenaikan suhu 3, 5, dan 7 oC/menit.
Campuran silika dan magnesium kemudian dicuci dengan menggunakan asam
klorida (HCl) 3% teknis. Sampel (silika+Mg) pada awalnya dimasukkan ke dalam
gelas piala untuk dicuci dengan HCl 3 % teknis, kemudian ditutup menggunakan
kaca arloji lalu dipanaskan dengan hotplate (diatur dengan menunjukkan skala
200 oC) sambil diaduk dengan magnet stirrer pada kecepatan 240 rpm selama 2
jam. Sampel lalu dicuci dengan HCl 3 % 300 mL selama 1 jam sebanyak 1 kali,
kemudian dicuci dengan akuades panas sehingga bebas asam, disaring dengan
kertas bebas abu lalu dikeringkan dalam tanur pada suhu 110 oC selama 12 jam.
Sampel kemudian dikarakterisasi dengan EDX dan FTIR.
Berdasarkan hasil analisis EDX, sampel silika pada penelitian ini memiliki
tingkat kemurnian 65.85 – 74.49 % dengan masih terdapatnya impuritas atau
senyawa selain SiO2 pada sampel seperti Al2O3, Rb2O, dan Fe2O3. Sedangkan,
pada sampel silikon memiliki tingkat kemurnian sebesar 0.52 – 6.41 % dan masih
terdapat juga impuritas pada sampel. Masih terdapatnya impuritas diduga
disebabkan oleh persentase impuritas yang lebih tinggi 10 – 12 kali dibandingkan
dengan abu sekam padi. Tingkat kemurnian yang masih rendah ini harus
dilakukan optimasi lebih lanjut agar mendaapatkan tingkat kemurnian yang lebih
tinggi. Hasil FTIR mengindikasikan bahwa sampel silika memiliki pita serapan
pada bilangan gelombang 1095 cm-1, 802 cm-1, dan 455-463 cm-1 yang
menunjukkan adanya vibrasi ulur asimetris dan vibrasi tekuk Si-O dari gugus
siloksan (Si-O-Si) dengan nilai konstanta pegas Si-O sebesar 1030.531 N.m-1.
Sedangkan, silikon memiliki pita serapan pada bilangan gelombang 3410 cm-1,
1636 cm-1, 1010 cm-1, 787 cm-1, 617 cm-1, dan 468 cm-1 yang menunjukkan
adanya vibrasi ulur dan vibrasi tekuk –OH dari gugus silanol (Si-OH) atau air
serta vibrasi ulur asimetris dan vibrasi tekuk Si-O dari gugus siloksan (Si-O-Si)
dengan nilai konstanta pegas Si-O sebesar 1094.376 N.m-1. Uji XRD
menunjukkan nilai konstanta kisi silikon a = 5.438879 untuk sampel Si_5 dan
a = 5.423915 untuk sampel Si_6.