Pengembangan Hidrogel dari Hidrolisat Kolagen Limbah Padat Kulit Samak dan Aplikasinya sebagai Pelapis Pupuk Lambat Urai
Date
2023Author
Purba, Febriani
Suparno, Ono
Rusli, Meika Syahbana
Fatimah, Is
Metadata
Show full item recordAbstract
Kuli trimming yang merupakan limbah di industri penyamakan kulit memiliki
potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai penghasil hidrolisat kolagen (hkolagen). Pemanfaatan ini dapat meningkatkan produktivitas di industri
penyamakan kulit dan sekaligus mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan.
H-kolagen dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti pembuatan hidrogel
superabsorbent. Hidrogel superabsorbent dapat digunakan dalam menghasilkan
pupuk lambat urai yang memberikan manfaatan yang lebih disbanding dengan
penggunaan pupuk konvensional seperti: meningkatkan retensi dan efisiensi pupuk,
mengurangi laju kehilangan pupuk akibat tercuci air hujan atau irigasi, sehingga
mengurangi pencemaran lingkungan, menyediakan pasokan nutrisi yang
berkelanjutan untuk waktu yang lama, mengurangi frekuensi aplikasi pupuk,
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mengurangi kematian tanaman akibat
overdosis pupuk, dan mengurangi konsumsi air dan frekuensi irigasi terutama di
daerah rawan kering sehingga dianggap ekonomis. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan material hidrogel yang berasal dari h-kolagen limbah
padat kulit samak dan aplikasinya sebagai pelapis pada pupuk urea lambat urai
(slow urea fertilizer SRUF).
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah
pengembangan metode baru dalam ekstraksi h-kolagen dari kulit trimming.
Penelitian terkait pengembangan metode ekstraksi h-kolagen dari kulit sapi
terutama dari kulit trimming masih terbatas. Penelitian terdahulu lebih berfokus
pada ekstraksi kolagen atau gelatin. Metode baru yang dikembangkan terdiri atas
empat tahap, yaitu pertama adalah penghilangan garam, bulu, lemak dan pengotor.
Kedua adalah pretreatment dengan 0,75 M NaOH selama 24 jam untuk
menghilangkan protein non kolagen dan menganggu struktur triple-helix kolagen.
Ketiga adalah ekstraksi panas bertingkat pada suhu 60, 65, dan 70°C masingmasing selama 3 jam untuk menghasilkan gelatin dan keempat adalah hidrolisis
enzimatik dengan 0,8% tripsin untuk menghasilkan h-kolagen. Metode ekstraksi ini
mampu menghasilkan h-kolagen dengan rendemen sebesar 20,35%. Analisis bobot
molekul, FTIR dan komposisi asam amino mengkonfirmasi bahwa produk yang
dihasilkan merupakan h-kolagen dengan ukuran bobot molekul sebesar 16-23 kDA.
H-kolagen ini memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding dengan hkolagen komersial dengan nilai IC50 sebesar 238,5 ppm.
H-kolagen yang dihasilkan dari penelitian tahap pertama selanjutnya
digunakan untuk menghasilkan hidrogel superabsorbent pada penelitian tahap
kedua. Pembuatan hidrogel superabsorbent dari polimer alam saat ini lebih
difokuskan karena bersifat non-toksik, memiliki biokompatibilitas yang baik dan
dapat terdegradasi secara alami. H-kolagen yang merupakan polimer alam dapat
dikembangkan menjadi hidrogel superabsrobent melalui modifikasi dengan
monomomer sintentik asam akrilat menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok
(graft copolymerization). Kondisi reaksi optimum untuk memperoleh daya serap
air maksimum (156 g/g) ditemukan pada: MBA 0,14 g dan AA 4,7 g. Pengukuran pembengkakan hidrogel dalam larutan garam yang berbeda menunjukkan kapasitas
pembengkakan paling besar dalam larutan KCl. Hidrogel superabsorbent
menunjukkan sensitivitas yang cukup baik terhadap pH, sehingga beberapa
perubahan pembengkakan hidrogel diamati sebagai fungsi dari variasi pH dalam
rentang yang luas (1-13). Analisis instrumen FTIR mengkonfirmasi bahwa telah
terjadi pencangkokan monomer AA pada backbone h-kolagen. Sedangkan SEM
mengkonfirmasi bahwa hidrogel yang dihasilkan memiliki struktur yang berpori.
Pada tahap terakhir penelitian ini dilakukan pelapisan pupuk urea dengan
hidrogel superabsorbent h-collagen-g-poly(acrylic acid) yang dihasilkan pada
penelitian tahap kedua untuk menghasilkan pupuk urea lambat urai. Pelapisan
pupuk dengan hidrogel dilakukan dengan menambahkan pupuk urea murni pada
campuran reaksi sehingga terjadi polimerisasi in situ, yang mana pupuk akan
terperangkap di dalam matriks gel. Pengujian kadar nitrogen dengan metode microKjeldahl menunjukkan bahwa SRUF mengandung 5,58% nitrogen dengan daya
serap air sekitar 110,8 (g/g) kali beratnya dalam air suling. Percobaan kapasitas
penahanan air menunjukkan bahwa rasio menahan air terbesar adalah 27,78% lebih
tinggi daripada penahan air tanpa adanya SRUF dengan rasio massa SRUF terhadap
tanah sebesar 1:100. Hal ini mengindikasikan bahwa SRUF yang dihasilkan dapat
meningkatkan water holding capacity pada tanah dan secara efisien dapat
menyimpan air hujan atau air irigasi sehingga meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya air. Pelepasan nitrogen dari SRUF pada media tanah jauh lebih lambat
dibandingkan dengan pupuk urea murni. Pupuk SRUF hanya dapat melepaskan
sekitar 45% nitrogen selama 10 hari sedangkan pupuk urea dapat melepaskan
sebesar 83%. Dengan demikian SRUF yang dihasilkan pada penelitian ini dapat
disebut sebagai pupuk lambat urai. Pada pengujian dalam media air SRUF dapat
melepaskan sekitar 47% nitrogen selama 120 menit. Berdasarkan kinetika release
yang terjadi, terdapat perbedaan model kinetic antara SRUF yang dihasilkan dengan
pupuk urea. Kinetika pelepasan SRUF pada media tanah mengikuti model kinetika
orde nol dengan nilai R2 sebesar 0,9996. Artinya kecepatan pelepasan nitrogen dari
SRUF tidak bergantung pada konsentrasi awal nitrogen dalam SRUF dan selalu
konstan dari waktu ke waktu. Leather trimming waste in the leather tanning industry has great potential to
produce collagen hydrolyzate (h-collagen). This utilization can increase
productivity in the tanning industry while simultaneously reducing the
environmental impact. H-collagen can be utilized for a number of purposes,
including the production of superabsorbent hydrogels. Slow-release fertilizers made
from superabsorbent hydrogels provide more benefits than conventional fertilizers,
such as increasing fertilizer retention and efficiency, reducing the rate of fertilizer
loss due to washing away by rainwater or irrigation, thereby reducing
environmental pollution, providing a sustainable supply of nutrients for a long
period of time, reducing the frequency of fertilizer application, increasing plant
growth, and decreasing plant mortality. Therefore, this study aims to produce
hydrogel material derived from h-collagen solid waste of leather and its application
as a coating on slow-release urea fertilizer (SRUF).
This research consists of three stages. The first stage is the development of
a new method for the extraction of h-collagen from skin trimming. Research on
developing h-collagen extraction methods from cowhide, especially leather
trimming, is still limited. Prior research has concentrated primarily on the extraction
of collagen and gelatin. The newly developed method consists of four steps, namely
the first is the removal of salt, hair, grease, and impurities. The second is
pretreatment with 0.75 M NaOH for 24 hours to remove non-collagen proteins and
disrupt collagen's triple-helix structure. The third is stepwise hot extraction at 60,
65, and 70°C for 3 hours each to produce gelatin, and the fourth is enzymatic
hydrolysis with 0.8% trypsin to produce h-collagen. This extraction method can
produce h-collagen with a yield of 20.35%. Molecular weight analysis, FTIR, and
amino acid composition confirmed that the resulting product was h-collagen with a
molecular weight of 16-23 kDa. This H-collagen has higher antioxidant activity
than commercial h-collagen, with an IC50 value of 238.5 ppm.
The h-collagen produced in the first stage of research was then used to
produce superabsorbent hydrogels in the second stage of research. The production
of superabsorbentt hydrogels from natural polymers is currently receiving more
attention because they are non-toxic, biocompatible, and biodegradable. H-collagen,
a natural polymer, can be developed into a superabsorbent hydrogel by modification
with acrylic acid synthetic monomer using the graft copolymerization technique.
The optimum reaction conditions for maximum water absorption (156 g/g) were
found at: MBA 0.14 g and AA 4.7 g. Measurement of the swelling of the hydrogel
in different salt solutions showed the greatest swelling capacity in the KCl solution.
The superabsorbent hydrogels showed reasonably good sensitivity to pH, so some
changes in hydrogel swelling were observed as a function of pH variations over a
wide range (1-13). FTIR analysis confirmed that AA monomer had been grafted
onto the h-collagen backbone. Meanwhile, SEM confirmed that the resulting
hydrogel has a porous structure.
In the last stage of this research, urea fertilizer was coated with hydrogel
superabsorbent h-collagen-g-poly(acrylic acid) to produce slow-release urea
fertilizer (SRUF). Fertilizer coating with hydrogel was performed by adding urea
fertilizer to the reaction mixture so that in situ polymerization occurs, in which the
fertilizer will be trapped in the gel matrix. Nitrogen content testing using the microKjeldahl method showed that SRUF contained 5.58% nitrogen with a water
absorption capacity of about 110.8 (g/g) times its weight in distilled water. The
water-holding capacity experiment showed that the largest water-holding ratio was
27.78% higher than that of water-holding without SRUF with a mass ratio of SRUF
to the soil of 1:100. This indicates that the resulting SRUF can increase the water
holding capacity of the soil and can efficiently store rainwater or irrigation water
thereby increasing the efficiency of water resource utilization. The release of
nitrogen from SRUF in the soil is significantly slower than that of pure urea. SRUF
fertilizer can only release about 45% of its nitrogen for ten days, whereas urea
fertilizer can release 83%. Thus, the SRUF produced in this study can be referred
to as slow-degrading fertilizer. On testing in aqueous media, SRUF can release
about 47% nitrogen for 120 minutes. Based on the release kinetics, there were
differences in the kinetic model between the SRUF and urea fertilizer. The kinetics
of SRUF release in soil media followed the zero order kinetic model with an R2
value of 0.9996. It means that the rate of nitrogen release from the SRUF does not
depend on the initial concentration of nitrogen in the SRUF and is constant over
time.