Audit Energi pada Proses Produksi Briket Arang di PT Tom Cococha Indonesia
Abstract
Untuk meningkatkan daya saing briket arang Indonesia di pasar global, biaya
produksi harus bisa dikurangi antara lain dengan penggunaan energi yang lebih
efisien. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan audit energi yang
akan membantu perusahaan untuk mengetahui pola penggunaan energi dalam
kegiatan produksinya dan melakukan analisis untuk melihat peluang penghematan
energi yang dapat dilakukan. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah melakukan
audit energi pada proses produksi briket arang di PT Tom Cococha Indonesia.
Kegiatan penelitian ini diawali audit energi pendahuluan (walkthrough energy
audit) dengan mengidentifikasi keadaan sistem secara keseluruhan dan menentukan
batasan sistem, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan audit energi (macro audit dan
detailed energy audit). Proses produksi briket arang tempurung kelapa di PT Tom
Cococha Indonesia Bogor meliputi tahapan proses penggilingan dan pengayakan,
pencampuran bahan perekat, pencetakan, pengeringan dan pengemasan.
Hasil audit energi makro selama kurun waktu tanggal 22 Juni s/d 28 Juni 2022
menunjukkan bahwa kebutuhan energi total untuk mengolah arang tempurung
kelapa menjadi briket arang tempurung kelapa adalah 6,00 MJ/kg briket. Dari
jumlah energi tersebut 46,19% (2,77 MJ/Kg briket) berupa energi bahan bakar
biomassa, 42,35% (2,54 MJ/Kg briket) berupa energi bahan bakar solar, 10,24%
(0,61 MJ/Kg briket) berupa energi listrik, dan 1,22% (0,07 MJ/Kg briket) berupa
energi biologis manusia. Penggunaan energi terbesar adalah proses pengeringan
90,56% (5,43 MJ/Kg briket), disusul proses pencampuran bahan dan perekat 5,35%
(0,32 MJ/Kg briket), penggilingan dan pengayakan 3,47% (0,21 MJ/Kg briket) dan
terkecil adalah proses pengemasan 0,62% (0,037/MJ Kg briket). Hasil audit energi
rinci menunjukan bahwa motor-motor listrik yang digunakan memiliki efisiensi
teknis kurang dari 80%. Sedangkan hasil audit energi rinci pada proses pengeringan
menunjukan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap pengeringan yang
menggunakan dryer berbahan bakar solar adalah 3,23 MJ/kg briket dengan tingkat
efisiensi penggunaan panas sebesar 78,6 %. Sedangkan untuk pengeringan yang
menggunakan dryer berbahan bakar biomassa adalah 3,50 MJ/kg briket dengan
tingkat efisiensi penggunaan panas sebesar 76 %. Upaya penghematan energi yang
dapat dilakukan adalah menerapkan sistem manajemen energi dengan acuan standar
ISO 50001 dan melakukan perawatan mesin-mesin secara berkala.