Optimasi Pelarut Ekstraksi Terhadap Metabolit Sekunder dan Antioksidan dari Rimpang Temulawak (C xanthorizza Roxb.) dan Buah Kapulaga (Amomum compactum)
Date
2021-11-22Author
Ma'rifah, Khusnul
Nurcholis, Waras
Artika, I Made
Metadata
Show full item recordAbstract
Rimpang temulawak (C xanthorizza Roxb.) dan buah kapulaga (Amomum
compactum) umumnya dikenal sebagai spesies tanaman rempah, dengan
kandungan senyawa fenol dan flavonoid, yang memiliki beragam sifat
farmakologis dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Oleh karena itu, pada
penelitian ini menggunakan maserasi pelarut untuk mengoptimalkan ekstraksi fenol
dan flavonoid dari rimpang temulawak dan buah kapulaga, serta mengevaluasi
aktivitas antioksidannya. Sampel dikumpulkan dari petani lokal di Bogor,
Indonesia, pada Agustus 2019. Pelarut ekstraksi yang digunakan untuk ekstraksi
yaitu air, aseton, metanol, dan etanol, bersama kombinasi biner, terner, dan
kuartenernya, diolah menggunakan simplex-centroid design. Ekstrak yang
dioptimalkan diuji kandungan fenol dan flavonoidnya dan aktivitas antioksidannya
dibandingkan dengan menggunakan uji 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan
ferric reducing antioxidant power (FRAP). Untuk buah kapulaga, ekstrak air-etanol
menunjukkan kandungan fenol maksimum sebesar 168,98 mgGAE/g fw, kadungan
flavonoid maksimum sebesar 214.67 mgQE/g fw pada ekstrak aseton-etanol. Pada
rimpang temulawak, ekstrak terner aseton-air-metanol menunjukan kandungan
fenol sebesar 208.15 mgGAE/g fw, kandungan flavonoid maksimum sebesar
988,77 mgQE/g fw pada ektrak etanol. Aktivitas antioksidan pereduksi tertinggi
pada 1117.44 µmol TE/g fw (buah kapulaga) dan 1329,67 µmol TE/g fw (rimpang
temulawak) dengan uji FRAP. Sementara itu, aktivitas penangkapan radikal dengan
metode DPPH menunjukkan nilai tertinggi untuk ekstrak air sebesar 208.91 µmol
TE/g fw (buah kapulaga) dan ektrak terner air-aseton-metanol sebesar 166,03 µmol
TE/g fw (rimpang temulawak). Berdasarkan hasil penelitian, rimpang temulawak
dan buah kapulaga pada kandungan senyawa fenol dan flavonoid memiliki sifat
antioksidan sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam industri farmasi.