Melisopalinologi dan Analisis Vegetasi di Sekitar Sunggau Lebah Apis dorsata Kabupaten Belitung
Date
2022Author
Bramasta, Dwika
Qayim, Ibnul
Raffiudin, Rika
Djuita, Nina Ratna
Metadata
Show full item recordAbstract
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak hanya merupakan produsen
penghasil timah tetapi juga sebagai produsen kelapa sawit. Perkebunan kelapa
sawit meningkatkan perekonomian tetapi juga mengubah ekosistem yang sudah
ada. Akibatnya beragam habitat khas Pulau Belitung beserta flora dan faunanya
terancam rusak dan hilang. Lebah Apis dorsata merupakan hewan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Belitung dengan cara yang khas untuk memperoleh
madu yang disebut sistem sunggau. Lebah A. dorsata menghasilkan madu yang
berasal dari nektar dan di dalam madu tersebut juga terdapat polen.
Melisopalinologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jenis polen dalam
madu. Informasi polen ini digunakan untuk menentukan sumber geografi dan
botani dari madu. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis komposisi polen
yang terdapat dalam madu dan sarang, (2) menganalisis komposisi dan struktur
vegetasi, serta (3) menganalisis peran komposisi dan struktur vegetasi terhadap
komposisi polen dalam madu dan sarang.
Pengambilan sampel madu dan polen sarang serta analisis vegetasi
dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2020 di Desa Tanjung
Rusa, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung. Analisis komposisi polen
dalam madu dan sarang dilakukan di Laboratorium Divisi Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Departemen Biologi, IPB University. Pengambilan sampel madu
sebanyak 250 mL dan polen dalam sarang sebanyak 15 tabung untuk masing-
masing koloni yang berasal dari Pulau Kampak dan Tanjung Rusa. Madu dan
polen dalam sarang diasetolisis untuk menghilangkan bagian intine dari polen
sehingga polen dapat diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi berupa kelas
polen, bentuk polar, ekuatorial, dan ornamen eksin.
Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode transek berpetak
untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan apa saja yang berada di sekitar sunggau
yang berpotensi sebagai sumber polen dan nektar bagi lebah A. dorsata. Transek
dibuat mengikuti arah terbang lebah A. dorsata dengan sunggau sebagai titik pusat
penarikan transek. Petak ukur dibuat di sepanjang jalur transek, petak berukuran
20x20 m untuk tingkat pohon, 10x10 m untuk tiang, 5x5 m untuk pancang, dan
2x2 m untuk semai. Data vegetasi dianalisis dengan menghitung nilai Indeks Nilai
Penting untuk masing-masing jalur transek.
Faktor lingkungan dilakukan pengukuran pada tiap petak ukur untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap komposisi vegetasi sebagai penyedia polen dan
nektar bagi lebah A. dorsata yang meliputi suhu, kecepatan angin, intensitas
cahaya, kelembapan udara dan kelembapan tanah. Data faktor lingkungan dari
masing-masing lokasi pengamatan dianalisis menggunakan Canonical
Correlation Analysis (CCA) dengan program CANOCO. Komposisi vegetasi
dibandingkan dengan komposisi polen yang terdapat di dalam madu dan sarang
dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ini memperlihatkan madu lebah A. dorsata dari Pulau
Kampak dan Tanjung Rusa masing-masing terdiri atas delapan jenis polen yang keduanya didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata. Jenis R. mucronata
merupakan tumbuhan mangrove dengan bunga yang memiliki polen dan nektar
yang banyak diambil oleh lebah A. dorsata. Polen dalam sarang lebah A. dorsata
Pulau Kampak terdiri atas 11 jenis polen yang didominasi oleh jenis Melaleuca
cajuputi. Jenis M. cajuputi juga merupakan jenis yang dikoleksi oleh lebah karena
menyediakan sumber polen dan nektar. Polen dalam sarang lebah A. dorsata dari
Tanjung Rusa terdiri atas sembilan jenis polen yang didominasi oleh jenis Elaeis
guineensis. Jenis E. guineensis mendominasi di sarang lebah A. dorsata di
Tanjung Rusa kerena koloni yang terletak dekat dengan perkebunan kelapa sawit.
Bunga sawit memiliki polen yang banyak dikoleksi oleh lebah.
Hasil penelitian juga menunjukkan komposisi vegetasi di Pulau Kampak
terdiri atas 39 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 23 suku. Vegetasi
mangrove Pulau Kampak didominasi oleh tumbuhan Lumnitzera littorea,
sedangkan vegetasi kerangas didominasi oleh tumbuhan M. cajuputi. Komposisi
vegetasi di Tanjung Rusa terdiri atas 47 jenis yang termasuk ke dalam 23 suku.
Vegetasi rawa Tanjung Rusa didominasi oleh tumbuhan M. cajuputi, sedangkan
vegetasi hutan darat didominasi oleh tumbuhan Acacia mangium.
Hasil analisis Correlation Canonic Analysis (CCA) data lingkungan yang
didapatkan dari lokasi penelitian menunjukkan bahwa di Pulau Kampak,
komposisi jenis penyusun vegetasi mangrove dipengaruhi oleh kecepatan angin
dan kelembapan udara. Vegetasi kerangas dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan
suhu udara. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa di Tanjung Rusa komposisi
jenis penyusun vegetasi rawa lebih dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Vegetasi
darat dipengaruhi oleh kelembapan udara.
Polen kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan persentase ketiga
tertinggi di dalam madu dan kedua tertinggi di dalam sarang lebah A. dorsata di
Pulau Kampak meskipun tanaman sawit tidak ditemukan di sekitar sunggau.
Perkebunan kelapa sawit terdekat dari Pulau Kampak berjarak 2 km di luar Pulau
Kampak. Lebah A. dorsata umumnya mencari sumber polen dan nektar di sekitar
sarang dan tidak lebih dari 400 m jika sumber polen dan nektar tersedia, tetapi
lebah ini dapat terbang sejauh 5 km jika sumber polen dan nektar tidak tercukupi
di sekitar sarang. Jenis E. guineensis sangat berlimpah di Tanjung Rusa karena
tumbuh pada perkebunan monokultur sehingga berpengaruh terhadap komposisi
polen pada sarang. Perkebunan sawit yang semakin meluas di Belitung akan
menghilangkan vegetasi hutan yang sudah ada sehingga keragaman polen yang
dapat diambil oleh lebah A. dorsata akan semakin terbatas.