Kinerja usaha pembudidaya utama dan sampingan pada pembesaran ikan bawal di Desa Purwasari Dramaga, Kabupaten Bogor
Date
2022-07Author
Nuradzani, Daffa
Hadiroseyani, Yani
Effendi, Irzal
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan komoditas budidaya ikan konsumsi, relatif tahan penyakit, memiliki nafsu makan dan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai ukuran pasar. Ikan ini dibudidayakan di Indonesia sebagai usaha utama dan sampingan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji profil pembudidaya, kinerja produksi dan kinerja usaha pembudidaya bawal sebagai usaha utama dan sampingan di Desa Purwasari, Kabupaten Bogor. Data primer meliputi profil pembudidaya dan fisika-kimia air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembudidaya usaha utama memiliki aksesibilitas terhadap modal, dan sarana produksi yang lebih tinggi dibandingkan pembudidaya sampingan. Profil pembudidaya utama mempunyai pengalaman usaha lebih lama (14 ± 3,53 tahun), jam kerja lebih banyak (7 ± 1,80 jam/hari) dan kepemilikan lahan lebih luas (1.550 ± 997,5 m2). Produktivitas budidaya pada pembudidaya utama lebih tinggi (19,44 ± 6,97 kg/m2/siklus) dibandingkan dengan produktivitas pembudidaya sampingan (9,72 ± 4,05 kg/m2/siklus). Keuntungan kotor yang diperoleh pembudidaya utama juga lebih besar (Rp. 74,5 ± 54,2 juta per siklus) dibandingkan dengan pembudidaya sampingan (Rp. 10,6 ± 9,7 juta per siklus). Freshwater red belly (Colossoma macropomum) is a consumable aquaculture commodity, relatively disease resistant, has a high appetite and growth to reach market size. This fish is cultivated in Indonesia as a main and side business. The purpose of this study was to examine the profile of cultivators, production performance and business performance of pomfret cultivators as the main and side businesses in Purwasari Village, Bogor Regency. The primary data includes the cultivator's profile and the physico-chemistry of water. The results showed that the main business cultivators had higher accessibility to capital and production facilities than secondary cultivators. The main cultivator profile has longer business experience (14 ± 3,53 years), more working hours (7 ± 1,80 hours/day) and wider land ownership (1,550 ± 997.5 m2). The productivity of primary cultivators was higher (19,44 ± 6,97 kg/m2/cycle) compared to the productivity of secondary cultivators (9,72 ± 4,05 kg/m2/cycle). The gross profit obtained by the main cultivator is also higher (Rp. 74,5 ± 54,2 million per cycle) compared to the secondary cultivator (Rp. 10,6 ± 9,7 million per cycle).
Collections
- UT - Aquaculture [2037]