Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Agroindusti Kopi di Provinsi Bengkulu
Abstract
Provinsi Bengkulu adalah tiga besar produsen kopi robusta di Indonesia.
Kopi merupakan komoditas unggulan. Menurut data (Badan Pusat Statistik
Provinsi Bengkulu 2020) luas areal tanaman menghasilkan (TM) 91.434 ha dan
produksi 55.845 ton. Kopi Bengkulu tidak kalah saing dengan kopi yang ada di
pasaran seperti kopi gayo dari Aceh, kopi toraja dari Sulawesi Selatan dan
beberapa kopi Indonesia yang mendunia. Pada tahun 2016 kopi Bengkulu
mengikuti ajang kontes Association of Indonesian Coffee Exporters and Industries
(AICE) Coffee Contest dan berhasil masuk kedalam 14 besar, serta berhasil
menang di tiga kategori awards pada Kejuaraan Kopi Internasional AVPA
(Agency for the Valorization of the Agricultural Products) – Perancis pada tahun
2019.
Penelitian ini membahas strategi pengembangan agrowisata berbasis
agroindustri kopi di Provinsi Bengkulu menggunakan analisis deskriptif. Metode
yang digunakan adalah metode Location Quotient, SWOT dan Quantitative
Strategic Planning Matrix dengan tujuan: (1) menentukan lokasi yang paling
strategis untuk pengembangan agrowisata berbasis agroindustri kopi di Provinsi
Bengkulu, (2) menghitung nilai tambah produk olahan kopi serta pengembangan
agrowisata berbasis agroindustri kopi, (3) merumuskan strategi pengembangan
agrowisata yang sesuai dengan keadaan kondisi internal dan eksternal di
kabupaten terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Kepahiang terpilih menjadi lokasi
pengembangan agrowisata karena nilai perhitungan menggunakan metode
Location Quotient lebih dari 1 yaitu 1,049, jika nilai LQ>1 wilayah tersebut
dinilai mampu memasarkan produk keluar daerah. Nilai tambah 100 kg buah kopi
menggunakan metode Hayami, keuntungan sebesar Rp 12.500 per kg kopi bubuk.
Nilai ini merupakan hasil dari pengurangan nilai output kopi bubuk dengan harga
bahan baku buah kopi serta biaya penunjang lainnya. Rasio nilai tambah
pengolahan buah kopi menjadi kopi bubuk sebesar 65,78% artinya 65,78% dari
nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah kopi
menjadi kopi bubuk.
Analisis menggunakan metode SWOT menghasilkan sepuluh strategi, yaitu:
(1) mempertahankan kualitas olahan kopi, dan memberikan penawaran harga
khusus pada waktu tertentu agar menarik konsumen untuk membeli atau
wisatawan akan datang berkunjung kembali, (2) mempertahankan keasrian sekitar
perkebunan teh yang berdekatan dengan perkebunan kopi, dengan menjalin
kerjasama dengan pihak pengelola perkebunan teh, (3) diversifikasi produk untuk
memperluas segmen pasar sehingga perluasan pasar meningkat, (4)
mempertahankan ciri khas dan kualitas untuk menghindari kekecewaan konsumen
kopi, (5) memperbanyak jumlah industri pengolahan berbagai produk kopi
dikarenakan sumberdaya yang melimpah, (6) memperbanyak sesi pelatihan yang
bekerja sama dengan Pemerintah dan dinas terkait untuk meningkatkan skill baik
tenaga pengolahan kopi ataupun petani kopi, (7) mencari investor yang ingin
berinvestasi pada agrowisata sebagai mitra kerja sehingga dapat meningkatkan
produksi serta membantu menyerap banyaknya pasokan bahan baku, (8)
meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan permintaan pasar, (9)
membuat jalur komunikasi dengan pemerintah dan investor untuk memudahkan
dalam mendapatkan bantuan sarana prasarana, modal, dan produksi, (10)
pembuatan website untuk kegiatan promosi dan pelayanan pelanggan. Strategi
prioritas utama yang dihasilkan melalui metode QSPM adalah strategi satu yaitu
mempertahankan kualitas olahan kopi, dan memberikan penawaran harga khusus
pada waktu tertentu agar menarik konsumen untuk membeli atau wisatawan akan
datang berkunjung kembali dengan nilai Total Attractive Score 6,76.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2208]