Pengaruh Variabilitas Iklim Terhadap Distribusi Spasial dan Temporal Kekeringan Meteorologi di Pulau Timor
Date
2022-06-10Author
Sabuna, Flegor Hermes
Hidayati, Rini
Santikayasa, I Putu
Taufik, Muh.
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan terhadap informasi spasial dan temporal (soasio-temporal) kondisi
iklim sangat penting untuk ketahanan pangan. Hal ini karena dalam
pemanfaatannya, analisis spatio-temporal frekuensi kekeringan dapat memberikan
informasi yang lebih rinci bagi pengguna dan pemangku kepentingan di daerah
yang sering mengalami kondisi kekeringan. Kekeringan adalah suatu kondisi
ketersediaan air berada di bawah rata-rata. Hal ini memberikan dampak pada
beberapa sektor, salah satunya sektor pertanian yaitu adanya penurunan produksi
padi, khususnya pada daerah yang memiliki ketergantungan pada air hujanseperti
di pulau Timor Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut zona agroklimat Oldeman,
Pulau Timor tergolong dalam zona D4 sehingga mengalami surplus air hanya pada
bulan Desember, Januari dan Februari, dan selebihnya merupakan bulan defisit air.
Kondisi tersebut menyebabkan pulau Timor berpeluang mengalami kekeringan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis frekuensi kekeringan meteorologi
menggunakan pendekatan indeks kekeringan meteorologi Standardized
Precipitation Index (SPI) dan Standardized Precipitation Evapotranspiration Index
(SPEI) dan menganalisis pengaruh El Niño terhadap perubahan frekuensi
kekeringan meteorologi di pulau Timor, NTT.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data iklim yang tersedia
secara online diantaranya data suhu udara dan curah hujan. Pada penelitian ini
menggunakan skala waktu 3 bulan dalam menganalisis kondisi kekeringan di Pulau
Timor berupa persentase masing-masing kelas kekeringan secara spasial dan
temporal. Kekeringan berdasarkan indeks SPI dan SPEI didefinisikan sebagai
kondisi dimana SPI dan SPEI menunjukan nilai indeks ≤1,0. Analisis kekeringan
SPI menggunakan data curah hujan yang dideskripsikan berdasarkan fungsi
kepadatan peluang (FKP) dari distribusi Gamma dan fungsi kepadatan peluang
sebaran log-logistik pada SPEI menggunakan data neraca air iklim. Analisis
frekuensi kekeringan dilakukan berdasarkan hasil analisis spasial dengan basis data
selama 30 tahun dan total grid sebanyak 28 grid pada pulau Timor, Indonesia.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persentase kejadian dan persentase area
dari masing-masing kelas kekeringan pada skala bulanan, musiman maupun
tahunan. Jumlah grid pada masing-masing kelas kekeringan pada periode waktu
yang dianalisis menentukan besaran persentase dari kelas kekeringan tersebut.
Metode yang sama juga digunakan dalam menganaliss frekuensi kekeringan
maupun persentase area kering secara spasial pada tahun kejadian El-niño.
Hasil penelitian menunjukkan kemiripan pola antara SPI dan SPEI dalam
menjelaskan kondisi kekeringan di Pulau Timor tetapi berbeda dalam nilai
frekuensi kejadian kelas kekeringan, terutama pada musim kemarau. Hasil analisis
juga menunjukkan kondisi kering di Pulau Timor terjadi dengan persentase area
sebesar ≥ 25%. Persentase area kondisi kering menjadi lebih luas terjadi pada tahun
kejadian El-Niño. Analisis Tren pada periode tahunan menunjukkan adanya tren
penurunan kondisi kering berdasarkan indeks SPI dan SPEI. Untuk periode
musiman, SPI dan SPEI menunjukkan adanya kondisi kering yang perlu diantisipasi
pada musim kemarau terutama pada bulan September-November (SON) yang
ditunjukkan dengan tingginya frekuensi kondisi kering pada musim tersebut.
Kondisi kering di Pulau Timor juga pernah terdeteksi pada musim hujan oleh
dampak dari adanya kejadian El-Niño. Kejadian kering pada kondisi El-Niño
berdampak pada produksi padi di pulau Timor, yang ditunjukkan dengan adanya
penurunan produksi padi pada tahun 2015 dan 2016. The need for spatial and temporal (soasio-temporal) information on climate conditions is very important for food security. This is because in its utilization, spatio-temporal analysis of drought frequency can provide more detailed information for users and stakeholders in areas that often experience drought conditions. Drought is a condition where water availability is below average. This has an impact on several sectors, one of which is the agricultural sector, namely the decline in rice production, especially in areas that are dependent on rainwater such as on the island of Timor, East Nusa Tenggara (NTT). According to Oldeman's agro-climatic zone, Timor Island belongs to the D4 zone so that it experiences a water surplus only in December, January and February, and the rest is a water deficit month. This condition causes the island of Timor to experience drought. This study aims to analyze the frequency of meteorological drought using the Standardized Precipitation Index (SPI) and Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) approaches and analyze the effect of El Niño on changes in the frequency of meteorological drought on the island of Timor, NTT. This study uses secondary data in the form of climate data available online including data on air temperature and rainfall. In this study using a time scale of 3 months and in analyzing the drought conditions on Timor Island in the form of the percentage of each drought class spatially and temporally. Drought based on the SPI and SPEI indices is defined as a condition where the SPI and SPEI show an index value of 1.0. SPI drought analysis uses rainfall data which is described based on the probability density function (FKP) of the Gamma distribution and the log-logistics distribution probability density function in SPEI using climate water balance data. The drought frequency analysis was carried out based on the results of spatial analysis with a database for 30 years and a total grid of 28 grids on the island of Timor, Indonesia. This analysis was conducted to determine the percentage of occurrence and area percentage of each drought class on a monthly, seasonal and annual scale. The number of grids in each drought class in the analyzed time period determines the percentage of the drought class. The same method is also used to analyze the frequency of drought as well as the percentage of dry area spatially in the year of El-niño occurrence. The results showed a similar pattern between SPI and SPEI in describing drought conditions on Timor Island but differed in the frequency value of drought-class events, especially in the dry season. The results of the analysis also showed dry conditions on Timor Island occurred with a percentage of the area of ≥ 25%. The percentage of dry condition areas becomes more widespread in the year of El-Niño events. Annually trend analysis showed a downward trend in dry conditions based on the SPI and SPEI indices. For seasonal periods, SPI and SPEI showed dry conditions that should be anticipated in the dry season, especially in September–November (SON) which is indicated by the high frequency of dry conditions in a season. Dry conditions on the island of Timor were also detected in the rainy season caused by an El-Niño event. The occurrence of dry conditions during the El-Niño event had an impact on rice production on the island of Timor, which was indicated by a decrease in rice production in 2015 and 2016.