Pola Asuh Makan, Konsumsi Pangan, dan Status Anemia Balita di Desa Lokus Stunting Kabupaten Cirebon
Abstract
Anemia merupakan masalah gizi global dengan prevalensi 36,78% balita di
Indonesia mengalami anemia. Konsumsi pangan adalah faktor utama yang
mempengaruhi status anemia. Pola asuh makan juga berkontribusi dalam
pembentukan pola konsumsi makan balita. Penelitian ini bertujuan menganalisis
hubungan pola asuh makan dengan konsumsi pangan balita, dan hubungan
karakteristik balita, pola asuh makan, dan konsumsi pangan dengan status anemia
balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dan
menggunakan data sekunder. Jumlah subjek penelitian sebanyak 130 balita usia 6–
59 bulan. Penelitian berlokasi di 3 desa di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon
yang merupakan lokus stunting. Anemia yang terjadi pada penelitian ini mencapai
87,7% dengan tingkat keparahan paling banyak yaitu anemia tingkat sedang
(75,4%). Perbedaan signifikan antara kelompok balita anemia dan tidak anemia
terdapat pada variabel: berat lahir (p-value=0,010), pekerjaan ibu (p-value=0,027),
tingkat kecukupan energi (p-value=0,028), tingkat kecukupan protein (p-value=
0,040), tingkat kecukupan lemak (p-value=0,002), dan tingkat kecukupan Fe (p value= 0,000). Tidak terdapat hubungan signifikan (p-value>0,05) antara pola asuh
makan dengan konsumsi pangan balita. Faktor yang berhubungan dengan status
anemia balita adalah usia balita (r=-0,173; p-value=0,049), tingkat kecukupan Fe
(r=0,179; p-value=0,042), konsumsi hati ayam (r=0,190; p-value=0,030), dan
konsumsi telur (r=-0,207; p-value=0,018). Anemia is global nutritional problem with a prevalence of 36,78% of toddlers
in Indonesia experiencing anemia. Food consumption is the main factor that affect
anemia. Children feeding practices also contribute to formation of food
consumption patterns in toddlers. This study aims to analyze the correlation
between children feeding practices and food consumption for toddlers, and the
relationship between toddlers characteristics, children feeding practices, and food
consumption with toddlers anemia status. This research uses a cross sectional
design and secondary data. The number of research subjects was 130 toddlers aged
6-59 months. The study was located in 3 villages in Gegesik District, Cirebon
Regency which were locus of stunting. Anemia that occurred reached 87,7% with
the highest severity is moderate anemia (75,4%). Significant differences between
anemic and non-anemic toddlers groups were found in variables: birth weight (p value=0,010), mother's occupation (p-value=0,027), energy adequacy level (p value=0,028), protein adequacy level (p-value=0,040), fat adequacy level (p-value=
0,002), and iron adequacy level (p-value=0,000). There is no significant
relationship (p-value>0,05) between children feeding practices and food
consumption in toddlers. Factors related to anemia status of toddlers are toddler’s
age (r=-0,173; p-value=0,049), iron adequacy level (r=0,179; p-value=0,042),
chicken liver consumption (r=0,190; p-value=0,030), and egg consumption (r=-
0,207; p-value=0,018).
Collections
- UT - Nutrition Science [3001]