Pengembangan Metode Estimasi Luas Area Kebakaran Hutan dan Lahan Savana Berdasarkan Pemanfaatan Data Satelit
Date
2021-11Author
Armanto, Ardi Nur
Perdinan, Perdinan
Dasanto, Bambang Dwi
Hidayati, Rini
Metadata
Show full item recordAbstract
Estimasi luas area terbakar yang akurat diperlukan dalam menganalisa dampak kebakaran hutan dan lahan, salah satunya untuk menghitung estimasi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akibat kebakaran biomassa. Penelitian ini bertujuan mengestimasi luas area terbakar dan mengestimasi emisi GRK pada empat wilayah desa yang terletak di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan mengembangkan metode yang telah ada berdasarkan data citra satelit beresolusi sedang, yaitu Landsat-8 dan Sentinel-2A. Penelitian ini menggunakan berbagai indeks spektral yang sensitif terhadap perubahan kondisi tutupan vegetasi akibat kebakaran hutan dan lahan. Indeks spektral tersebut diperoleh berdasarkan citra satelit resolusi menengah Landsat-8 OLI dan Sentinel-2A. Identifikasi kebakaran hutan dan lahan savana di empat desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan algoritma Random Forest pada platform Google Earth Engine. Periode kebakaran terjadi pada bulan Mei hingga November pada tahun 2016-2019. Kejadian kebakaran hutan dan lahan dapat diidentifikasi melalui perubahan nilai indeks NBR saat sebelum dan sesudah kebakaran. Nilai NBR saat periode sesudah kebakaran lebih rendah dibandingkan sebelum kebakaran, yang menunjukkan bahwa terdapat area yang teridentifikasi sebagai area terbakar. Selain itu, nilai NDWI saat sebelum kebakaran lebih rendah dibandingkan sesudah kebakaran dan nilai NDVI sebelum kebakaran lebih tinggi dibandingkan sesudah kebakaran. Hubungan kedua indeks tersebut menunjukkan kondisi tutupan vegetasi savana memiliki kanduangan air yang rendah saat periode sebelum kebakaran karena telah memasuki musim kemarau, namun masih memiliki tingkat kehijauan vegetasi yang cukup baik. Akurasi keseluruhan hasil pemodelan yaitu berkisar antara 0 – 51,6% akibat rendahnya kualitas citra yang telah diakuisisi saat periode sesudah kebakaran akibat tertutup awan sehingga area terbakar tidak dapat diidentifkasi dengan baik. Lebih lanjut, hal ini berpengaruh terhadap hasil estimasi emisi gas rumah kaca akibat kebakaran hutan dan lahan yang lebih tinggi dibandingkan data referensi.