Kualitas Fisik Pellet Pakan Ayam Pedaging Berbahan Azolla pinnata dengan Penambahan Bahan Perekat (Binder)
Abstract
Azolla pinnata merupakan jenis tanaman paku-pakuan yang tumbuh diair
dengan kandungan protein yang tinggi. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
pemberian tepung Azolla 5% dalam pakan ayam pedaging fase starter dan finisher
mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan menurunkan nilai Feed
Convertion Ratio (FCR). Tepung Azolla yang digunakan adalah 5% dari total
ransum dan binder yang digunakan sebanyak 2%. Rancangan percobaan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4
ulangan dengan masing-masing P1: pellet Azolla non binder; P2: pellet azolla +
tepung tapioka 2%; P3: pellet Azolla + onggok 2%; P4: pellet azolla
+
Carboxymethil cellulose (CMC) 2%. Penggunaan tepung tapioka dan onggok
mampu meningkatkan kualitas fisik pelet dengan hasil Pellet Durability Index
masing-masing bernilai 86,35±0,83% dan 90,91±0,75%, serta hardness masingmasing
bernilai
10,01±1,25 Psi dan 10,18±0,92 Psi. Penggunaan onggok sebagai
bahan perekat dengan harga Rp 2000 per kg sangat ekonomis dikarenakan mampu
meningkatkan kualitas fisik pellet. Azolla pinnata is a type of fern that grows in water with high protein content.
Based on previous research, giving 5% Azolla flour in broiler feed for starter and
finisher phases was able to increase body weight gain and reduce the value of Feed
Conversion Ratio (FCR). Azolla flour used was 5% and the binder used was 2%.
The experimental design in this study was a Completely Randomized Design
(CRD) with 4 treatments and 4 replications with each P1: non-binder Azolla pellets;
P2: azolla pellet + 2% tapioca flour; P3: azolla pellet + 2% pile; P4: azolla pellet +
Carboxymethyl cellulose (CMC) 2%. The use of tapioca flour and onggok can
improve the physical quality of the pellets with the results of the Pellet Durability
Index being 86.35±0.83% and 90.91±0.75%, and the hardness being 10.01±1.25
Psi and 10.18±0.92 Psi. The use of onggok as an adhesive at a price of Rp. 2000
per kg is economical because it can improve the physical quality.