Aktivitas dan Jelajah Harian Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Desa Cipaganti, Kabupaten Garut, Jawa Barat
Date
2021Author
Romdhoni, Helmi
Perwitasari, Rd. Roro Dyah
Iskandar, Entang
Metadata
Show full item recordAbstract
Kukang jawa merupakan primata endemik di Pulau Jawa. Keberadaanya terancam oleh hilangnya habitat dan perdagangan satwa liar. Kukang jawa dapat ditemukan di luar kawasan yang dilindungi berupa perkebunan. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai kukang jawa di perkebunan, diantaranya mengenai aktivitas harian (makan, berpindah tempat, sosial, istirahat), pakan, pola pergerakan, dan pola tidur. Namun penelitian mengenai aktivitas kukang jawa berdasarkan jenis kelamin belum banyak dilakukan.
Kukang jawa yang hidup di Desa Cipaganti, Kabupaten Garut tersebar di kawasan perkebunan dengan tingginya gangguan dari aktivitas manusia. Aktivitas manusia dapat mempengaruhi aktivitas satwa liar. Adanya perbedaan sebaran kukang jawa dari pemukiman manusia, dapat dilakukan studi mengenai pengaruh jarak pemukiman manusia terhadap aktivitas kukang jawa. Keberadaan kukang jawa di lahan perkebunan, menunjukkan potensi lahan perkebunan sebagai habitat kukang jawa di luar kawasan yang dilindungi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi aktivitas harian dan menganalisis perbedaan aktivitas harian kukang jawa berdasarkan jenis kelamin dan jarak dari pemukiman; (2) menghitung luas daerah jelajah dan menganalisis perbedaan rata-rata jarak jelajah harian kukang jawa berdasarkan jenis kelamin dan jarak dari pemukiman; (3) menganalisis vegetasi habitat kukang jawa dan vegetasi yang digunakan untuk makan dan tidur.
Enam kukang jawa dewasa yang terdiri dari tiga kukang jantan dan tiga kukang betina telah dipasang dengan radio-collar, dan diamati pada Agustus ̶ Desember 2018. Keenam kukang tersebut terbagi menjadi tiga kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari sepasang jantan dan betina) sesuai dengan jarak dari pemukiman. Data perilaku, koordinat dan parameter lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, dan fase bulan) diambil secara instantaneous point sampling dengan interval 5 menit. Generalized Linear Mixed Model (GLMM) digunakan untuk menganalisis perbedaan aktivitas harian berdasarkan jenis kelamin dan jarak dari pemukiman. Linear Mixed Model (LMM) digunakan untuk menganalisis perbedaan jarak jelajah harian berdasarkan jenis kelamin dan jarak dari pemukiman. Data habitat dianalisis dengan mencari indeks nilai penting (INP) yang terdiri dari nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dan dominasi relatif.
Aktivitas harian kukang jawa terdiri dari: perilaku berpindah tempat (39,3%), mencari makan (24,75%), waspada (13,01%), menelisik (6,78%), istirahat (5,42%), makan (5,33%), sosial (3,61%), dan tidur (1,81%). Perbedaan perilaku harian kukang jawa pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh perbedaan musim. Perbedaan signifikan aktivitas kukang jantan dan betina terdapat pada perilaku makan, dan istirahat. Kukang jantan lebih sedikit melakukan perilaku makan, lebih banyak melakukan perilaku istirahat. Kukang betina lebih banyak melakukan aktivitas makan, lebih sedikit melakukan istirahat. Perbedaan signifikan aktivitas kukang berdasarkan jarak pemukiman ada pada prilaku makan. Perilaku makan kelompok B lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain
Hasil analisis menunjukan tidak ada perbedaan jarak jelajah harian kukang jawa jantan dan betina. Rata-rata jarak jelajah harian jantan adalah 207,01±94,36 m, dan betina 185,56±112,50 m. Jauh dekatnya jarak harian kukang jawa dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan. Semakin banyak sumber pakan, semakin pendek jarak jelajah harian. Sebaliknya, semakin sedikit sumber pakan, maka semakin jauh jarak jelajah hariannya. Tidak ada perbedaan jelajah harian kukang jawa yang disebabkan oleh jarak dari pemukiman. Distribusi sumber daya, struktur habitat, dan cuaca saat malam hari dapat mempengaruhi jelajah harian kukang jawa.
Terdapat 27 spesies tumbuhan dengan habitus pohon dan pancang di kebun Desa Cipaganti. Terdiri dari 17 spesies habitus pohon dan 10 spesies habitus pancang. INP tertinggi habitus pohon dimiliki oleh kayu putih (Eucalyptus robusta), diikuti bambu temen (Gigantochloa verticillata) dan bambu surat (G. pseudoarundinaceae). INP tertinggi habitus pancang dimiliki oleh kaliandra merah (Calliandra calothyrsus), kopi (Coffea arabica), dan kayu putih (Eucalyptus robusta). Terdapat tujuh spesies tumbuhan yang digunakan sebagai vegetasi sumber pakan. Bagian dari tiga spesies tumbuhan tersebut dimanfaatkan langsung oleh kukang jawa, yaitu kaliandra merah (Calliandra calothyrsus), jengjen (Accacia deccurrens), dan kayu putih (Eucalyptus. robusta). Terdapat tujuh spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pohon tidur. Tiga diantaranya adalah tumbuhan bambu. Tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai pohon tidur adalah bambu temen (G. verticillata), bambu surat (G. pseudoarundinaceae) dan suren (Toona sureni).