Analisis Sebaran Gas Karbon Monoksida (CO) di Kota Pekanbaru dan Sekitarnya Akibat Kebakaran Hutan
Abstract
Salah satu polutan yang dihasilkan dari asap kebakaran yakni karbon monoksida (CO). Tahun 2015 terjadi kebakaran hutan terbesar sedangkan tahun 2017 luas kebakaran kecil. Indikator yang dapat dilihat sebagai penentu tinggi atau rendahnya intensitas kebakaran hutan yakni hotspot. Polutan CO yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan sampai di tingkat kematian. Penelitian dilakukan untuk membandingkan sebaran polutan CO tahun 2015 dan tahun 2017, serta melihat korelasi antara jumlah titik panas dengan konsentrasi CO. Data yang digunakan bersumber website giovanni dan firms modaps nasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan persebaran polutan CO di tahun 2015 dengan 2017. Tahun 2015 diselimuti dengan polutan CO lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017. Nilai tertinggi konsentrasi CO tahun 2015 sebesar 226,949 µg/m3 sedangkan nilai polutan tertinggi CO tahun 2017 sebesar 109,966 µg/m3. Hubungan antara jumlah titik panas dengan nilai konsentrasi CO tahun 2015 dan 2017 di Kota Pekanbaru dan sekitarnya masing-masing sebesar -0,585 dan -0,602. Konsentrasi CO di Pekanbaru lebih tinggi disebabkan pergerakan angin dan jumlah kendaraan. One of the pollutants produced from fire smoke is carbon monoxide (CO).
In 2015 there was the largest forest fire, while in 2017 the fire area was small.. An
indicator that can be seen as a determinant of high or low forest fires is hotspots.
The resulting CO pollutants can interfere with human health and even lead to death.
The study was conducted to compare the amount of CO pollutants in 2015 and 2017,
and to see the correlation between hotspots and CO concentrations. The data used is
sourced from the giovanni website and firms modaps nasa. The results showed that
there was a significant difference in the distribution of CO pollutants in 2015 and
2017. 2015 was covered with higher CO pollutants than 2017. The highest value of
CO concentration in 2015 was 226.949 g/ m3 while the highest pollutant value of
CO in 2017 was 109.966 g/m3
. The relationship between the number of hotspots and
the value of CO concentration in 2015 and 2017 in Pekanbaru City and its
surroundings are -0.585 and -0.602, respectively.The higher CO concentration in
Pekanbaru is caused by wind movement and number of vehicles.