Evaluasi Berbagai Kadar Garam Dalam Pelet Terhadap Performa dan Kesehatan Sistem Urinasi Kelinci Lokal
Abstract
Natrium (Na) dan klorida (Cl) adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh
kelinci. Pada umumnya, hijauan pakan kelinci rendah kandungan natrium. Untuk
mencegah defisiensi natrium pada kelinci yang mengonsumsi hijauan rendah
natrium tersebut, maka direkomendasikan penambahan garam dalam pelet kelinci,
sebab garam tersusun atas unsur natrium dan klorida. Natrium dan klorida
diabsorpsi di usus halus dan usus besar kemudian diekskresikan oleh ginjal
melalui mekanisme urinasi. Kadar garam dalam pelet harus diperhatikan, sebab
bila terlalu tinggi dapat berdampak buruk terhadap kesehatan kelinci. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai kadar garam dalam pelet terhadap
performa dan kesehatan sistem urinasi kelinci lokal. Dengan evaluasi ini, kadar
optimal penambahan garam dalam pelet dapat ditentukan sehingga performa
kelinci lokal dapat ditingkatkan dan kesehatan sistem urinasinya tidak terganggu.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2020.
Digunakan 20 ekor kelinci lokal jantan berumur 8 minggu dengan rata-rata bobot
badan 897,05 ± 68,27 g yang ditempatkan pada kandang individu. Rancangan
penelitian, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan
empat ulangan, yaitu P1: pelet tanpa garam, P2: pelet dengan 0,125% garam, P3:
pelet dengan 0,25% garam, P4: pelet dengan 0,375% garam, dan P5: pelet dengan
0,500% garam. Pakan pada penelitian ini diformulasikan sesuai dengan
persyaratan mutu pakan kelinci masa pertumbuhan atau muda (SNI 8509:2018).
Peubah yang dianalisis, yaitu performa kelinci, di antaranya konsumsi pakan,
konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan serta
urinalisis, yaitu volume urin, pH urin, serta kandungan leukosit, nitrit,
urobilinogen, protein, darah, keton, bilirubin, glukosa, dan berat jenis urin dengan
menggunakan reagent stripe for urynalisis (dipstick) URS-10T. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam, apabila terdapat perbedaan
yang signifikan, maka diuji lanjut dengan uji jarak rata-rata Duncan. Dilakukan
juga analisis korelasi serta analisis regresi multilinear.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi pakan dan konsumsi
air minum yang tertinggi ialah pada perlakuan pelet dengan kadar garam 0,375%,
nilai konversi pakan terendah ialah pada perlakuan pelet dengan kadar garam
0,250%, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pertambahan
bobot badan pada setiap perlakuan. Dari hasil urinalisis diketahui bahwa
penambahan garam dalam pelet hingga kadar 0,500% tidak berpengaruh buruk
terhadap kesehatan sistem urinasi kelinci. Terdapat korelasi antara beberapa
peubah performa dan urinalisis. Model persamaan regresi multilinear untuk
mengestimasi kadar optimal penambahan garam dalam pelet kelinci, yaitu -0,052
+ 0,008Konsumsi pakan – 0,002Konsumsi air minum + 0,000Pertambahan bobot
badan. Sodium (Na) and chloride (Cl) are the minerals that rabbit really needed.
Generally, forages for the rabbit are deficient in sodium. To prevent rabbit
sodium-deficient because consume sodium-deficient forages, salt supplementation
in the pellets was recommended because salt is composed of sodium and chloride.
Sodium and chloride from the salt absorb in small and large intestine and excreted
by the kidneys through urination mechanism. Salt level in pellets should be
considered, too high salt level could adversely affect the domestic rabbit health.
This research aimed to evaluate the various salt levels in the pellets on
performance and health of urination system of the domestic rabbit. By this
evaluation, the optimal level of salt in the pellets could be determined to improve
performance and not adversely affect the health of urination system of domestic
rabbit.
The research was held on October till December 2020. The 20 male
domestic rabbits aged 8 weeks with an average body weight 897,05 ± 68,27 g
were kept in individual cage. The experimental design was Completely
Randomized Desigen (CRD) with five treatments and four replications, i.e. P1:
pellets with no salt, P2: pellets with 0,125% salt, P3: pellets with 0,250% salt, P4:
pellets with 0,375% salt, P5: pellets with 0,500% salt. The experimental feed was
formulated based on the requirement of growing rabbit (SNI 8509:2018). The
analyzed variables were rabbit performance, i.e. feed intake, water intake, body
weight gain, and feed conversion ratio, also urinalysis, i.e. urine volume, urine
pH, and the content of leukocyte, nitrite, urobilinogen, protein, blood, ketone,
bilirubin, glucose, and urine specific gravity by reagent stripe for urynalisis
(dipstick) URS-10T. The datas obtained were analyzed by Analysis of Variance
(ANOVA), if indicated significance different then further tested by Duncan mean
range test. Also conducted analysis of correlation and analysis of multilinear
regression.
Based on research result were known that the highest feed and water intake
was the pellets with 0,375% salt, the lowest value of feed conversion ratio was the
pellets with 0,250% salt treatment, and there was no significant different on body
weight gain in each treatments. Based on the urinalysis was known that salt
supplementation in the pellets until 0,500% level not adversely affected the
urination system of rabbit. There were correlation on several variables of
performance and urinalysis. The model of multilinear regression equation to
estimate the optimal salt level in the pellets was -0,052 + 0,008Feed intake –
0,002Water intake + 0,000Body weight gain.
Collections
- MT - Animal Science [1203]